Kejadian itu lanjut Jamari, bermula saat Riki bersama ibu kandungnya yang bernama Sarci Tanu dan dua orang adiknya berboncengan menggunakan dua sepeda motor.
Rombongan ini pulang dari Puskesmas Panite Kecamatan Amanuban Selatan, usai menjenguk saudara mereka yang menjalani perawatan medis.
Setelah tiba di lokasi kejadian, turun hujan lebat sehingga Riki memberhentikan sepeda motor untuk berteduh.
Sarci Tanu bersama kedua adik Riki, berteduh di bawah atap rumah dan duduk di atas tumpukan kayu.
Saat itu, ada telepon masuk dan Riki ingin menerima telepon sehingga Riki bergeser dan berdiri di bawah pohon asam.
"Ketika petir, korban tepat berada di bawah pohon asam sehingga tersambar petir dan langsung jatuh dan meninggal di tempat," ujar Jamari.
Ketika melihat Riki terjatuh, Sarci langsung datang dan memeluk Riki.
Keluarga tolak otopsi Warga kemudian melaporkan kejadian itu ke aparat keamanan setempat dan petugas medis terdekat.
Setelah dilakukan tindakan medis, jenazah Riki kemudian diserahkan kepada keluarga untuk disemayamkan.
Pihak keluarga menolak untuk dilakukan otopsi terhadap Riki dengan membuat surat pernyataan.