Parno pun meminta maaf.
Namun, ternyata, Soeharto hanya bercanda.
Tak lama, Soeharto menghampiri dirinya untuk minta maaf.
Setelah menjadi kuli dan pelayan, Mbah Parno ditawari tetap bekerja di Istiqlal sebagai pengantar surat.
Seiring bertambahnya usia, pekerjaan Mbah Parno semakin mudah.
Di hari tuanya, ia bekerja sesukanya mengatur saf salat.
Ia bahkan tak perlu absen.
Tak ada dorongan lain yang membuat Mbah Parno betah bekerja puluhan tahun di Istiqlal selain ibadah.
Penghargaan berupa rumah yang diterimanya dari Kemenag pada Jumat (4/1/2019) lalu pun tak pernah diharapkannya.
"Kerja itu yang penting mental kuat. Jangan mencuri, jangan menipu. Selamat keluarga sehat, selamat, hidup cukup, itu sudah sangat bersyukur," kata Mbah Parno.