Demi Dianggap Tetap Perawan, Para PSK di China Ini Gunakan Belut Demi Tipu Pelanggannya agar Dapatkan Rp 20 Juta Sekali Layanan

Minggu, 13 September 2020 | 09:00

Demi dianggap tetap perawan, para PSK di China ini gunakan belut demi tipu pelanggannya agar dapatkan Rp 20 juta sekali layanan

WIKEN.ID-Tidak hanya di Indonesia, di setiap negara pasti ada kasus prostitusi.

Banyak juga pelaku prostitusi yang melakukan beragam cara demi mendapatkan uang.

Seperti kejadian yang terjadi di China pada tahun 2015 ini.

Kepolisian China membongkar jaringan prostitusi di Xuzhou, provinsi Jiangsu.

Jaringan ini beroperasi menjebak beberapa pria dengan menawarkan sejumlah gadis yang disebut masih perawan dan mencari uang untuk biaya pengobatan ibu mereka yang sakit.

Menurut situs berita China News, jaringan ini mencari pelanggan dengan menggunakan pesan singkat telepon genggam atau lewat aplikasi WeChat, QQ, dan MoMo.

Baca Juga: 3 Aplikasi Untuk Jawab Soal Matematika, Tinggal Foto Langsung Terjawab

Lewat berbagai saluran itu, jaringan ini mengunggah pesan dari beberapa gadis "perawan" yang mencari sejumlah uang untuk biaya pengobatan ibu mereka yang sakit di desa.

Setelah mendapatkan laporan dari masyarakat, seorang polisi melakukan penyamaran dan berhasil menjalin kontak dengan seorang PSK bernama Liu lewat aplikasi WeChat.

Saat keduanya bertemu, polisi langsung menahan Liu.

Di hadapan polisi, perempuan kelahiran 1990-an itu mengatakan bahwa dia diperkenalkan dengan jaringan ini oleh seorang teman dari kampung halamannya di Chongqing.

Liu menambahkan, setidaknya terdapat 10 orang asal Chongqing yang terlibat dalam operasi penipuan itu.

Baca Juga: Aneh! Pemerintah China Lebih Setuju TikTok Dicekal Amerika Daripada Dijual

Tak hanya menangkap Liu, polisi juga menahan tersangka pemimpin jaringan ini, Zhang, dan belasan orang lainnya.

Seorang perwira polisi, Hao Pengfei, mengatakan bahwa jaringan penipu dan prostitusi ini beroperasi di berbagai kota di China, termasuk Chongqing, Zhengzhou, Lainyungan, dan Shanghai.

"Jaringan ini sangat terorganisasi dengan baik, dan tiap anggota memiliki tanggung jawab spesifik,” kata Pengfei.

“Saat mereka berada di lokasi baru, maka pemimpin jaringan akan membeli data personal secara illegal.”

Baca Juga: Olahraga Teratur Demi Berat Badan Ideal Tapi Lemak Tak Kunjung Hilang, Ternyata Ini Tanda Hilangnya Massa Otot, Kenali Tandanya

Selanjutnya, tambahnya, dua tersangka lainnya, Rang dan Zhang, mengirimkan pesan lewat nomor sementara.

Lalu Chen mengirimkan PSK ke lokasi yang dituju, tempat konsumen setuju untuk bertemu.

Selanjutnya, para PSK yang juga menjadi tersangka, yaitu Sun, Liu, dan Li, lanjut Pengfei, menggunakan darah belut yang sudah diserap dalam spon untuk dipalsukan sebagai darah perawan mereka.

"Harga layanan untuk para gadis itu bervariasi antara 2.000 yuan dan 10.000 yuan."

Harga ini setara Rp 4,3 juta sampai Rp 22 juta.

"Sejauh ini, kelompok tersebut sudah mengantongi ratusan ribu yuan," kata Pengfei.

Kantor berita Xinhua mengabarkan, delapan tersangka kini ditahan, sementara 12 orang lainnya mendapatkan hukuman administratif.

Baca Juga: Tak Pernah Berhubungan Badan, Gadis 19 Tahun Ini Terkejut Dapati Dirinya Hamil 5 Minggu, Ternyata Ini yang Terjadi

Salah Kaprah Mitos Keperawanan

Setidaknya ada dua hal mitos yang sangat dipercaya oleh sebagian masyarakat padahal sebetulnya salah kaprah.

Hal itu sebagai berikut.

  1. Perempuan yang cara berjalannya “mengangkang” artinya sudah tidak perawan lagi.
  2. Dalam buku In Memoriam karya Rosihan Anwar, tertulis cara Presiden Pertama RI, Soekarno, menentukan mana gadis yang masih perawan dan mana yang tidak.
“Jika kamu tarik een denkbeeldige recthe li jin (suatu garis imaginer yang lurus) di atas dada si gadis, dari pertengahan lengan yang satu ke lengan yang lain, lalu kamu tentukan pada penglihatan dari luar saja di mana letak puting payudaranya."

"Jika puting di bawah garis, dia tidak lagi perawan, tapi jika tetap pada garis, dia masih perawan.”

Baca Juga: Tolak Penerapan PSBB Jakarta, Orang Terkaya di Indonesia Surati Presiden Jokowi, Berikan Dua Alasan Hingga Saran untuk Hentikan Laju Covid-19

Menanggapi mitos tersebut, Hoshael Waluyo Erlan, M. Psi., psikolog klinis di Jakarta mengatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang solid untuk mendukung hal itu.

Menurutnya, pemikiran-pemikiran itu justru merendahkan perempuan dan menciptakan stereotip yang negatif.

“Banyaknya mitos mengenai keperawanan seperti itu, mungkin berhubungan dengan bagaimana masyarakat kita memandang seksualitas."

"Karena keperawanan itu tabu, jadi mereka menciptakan mitos-mitos yang bisa digunakan untuk membuat judgement,” ujar Hoshael. (*)

Editor : Agnes

Baca Lainnya