"Tapi sama petugas berbaju putih memakai masker jawabnya 'gledek gledek, opo wes orak ono' (ranjang pasien sudah tida ada)," tirunya.
Akhirnya pihak keluarga menunggu Mbah Lukita di dalam ambulans desa.
Karena tak tega Mbah Lukita menunggu terlalu lama, salah seorang cucunya memberanikan diri masuk dan meminta petugas memeriksa kakeknya.
Setelah itu petugas medis datang memeriksa Mbah Lukita yang ada di dalam ambulans."Alhamdulilah petugas kesehatan datang meskipun hanya didulek-dulek (memeriksa) dada pasien dan masuk kembali tanpa keterangan apapun," jelas dia.
Sekitar lima menit, pihak keluarga Mbah Lukita didatangi satpam dan didata.
Pasien Mbah Lukinto mendapatkan antrean nomor 19 dan diminta mendaftar lebih dulu ke kantor.
"Karena pasien belum mendapat gledek (ranjang pasien), kami pun menunggui pasien di dalam ambulan yang terparkir di UGD lalu kami di datangi pak satpam agar tidak parkir di sini," jelas dia.
Abdul Rosyid pun bersama pasien menunggu di parkiran karena kondisi pasien memang sudah tidak mungkin untuk diturunkan dari ambulans.
"Sekitar dua jam kami menunggu di parkiran hingga pasien akhirnya meninggal tanpa penanganan apapun dari petugas kesehatan," ujar dia.
Saat berita ini ditulis pihak Tribunjateng masih berusaha mengonfirmasi keluarga pasien.