WIKEN.ID -Bulan Ramadhan 2022 yang ditunggu-tunggu umat Muslim di penjuruh dunia telah tiba.
Meski tengah berpuasa, kebugaran tubuh tetap harus terjaga. Apalagi kita tengah berada di pandemi global Covid-19, di mana kesehatan dan imunitas tubuh sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu, di tengah pandemi dan bulan Ramadhan, olahraga merupakan aktivitas yang tidak boleh terlewatkan.
Salah satu olahraga yang kini dijalani banyak orang adalah berlari.
Pasalnya, olahraraga berlari mudah dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang banyak.
Selain bisa menjaga kesehatan fisik, berlari juga bermanfaat bagi kesehatan mental lho.
Olahraga ini cocok bagi mereka yang memiliki gangguan stres, kecemasan, atau depresi.
Dilansir dari Kompas.com, Peneliti psikologi, dosen, serta, pendiri HatiPlong, Farah Djalal mengatakan bagaimana berlari bisa memberikan manfaat untuk kesehatan mental.
"Sebenarnya, kesehatan fisik dan kesehatan mental itu saling berhubungan," jelas Farah, Rabu (19/1/2022) siang.
"Terkadang jika kita merasa sakit fisik, itu berpengaruh terhadap kesehatan mental. Mental kita juga lagi enggak benar, itu berpengaruh terhadap kesehatan fisik."
Lebih lanjut, dikatakan Farah, berdasarkan penelitian ditemukan bahwa salah satu cara untuk mengatasi stres, kecemasan, dan depresi adalah dengan berolahraga.
"Misalnya, orang yang depresi itu biasanya tidak mau bergerak. Nah, seorang psikolog selain memberikan konseling juga menganjurkan terapi berolahraga, baik itu berjalan maupun berlari."
Baca Juga: Ramalan Gisel Hari Ini: Scorpio Harus Membiarkan Komentar Menjengkelkan dari Orang-orang Sekitar!
"Berlari itu bukan hanya bagus untuk kesehatan fisik, tetapi juga merupakan terapi, tidak harus untuk orang yang punya kelainan, tapi bisa dilakukan siapa saja karena meningkatkan kesehatan mental," tutur wanita itu.
Dengan berlari, lanjut Farah, seseorang dapat memicu produksi hormon endorfin yang meningkatkan emosi positif.
"Terus ada juga hormon leptin yang mengatur pola makan dan energi tubuh, serta menimbulkan motivasi untuk berlari lebih banyak. Efek hormon ini juga ada efek psikologis," pungkasnya. (*)