Borong 300 Pesawat Kayak Beli Kacang, Susi Pudjiastuti Ceritakan Pengalamannya, Sandiaga Uno Langsung Melongo Dengarnya!
WIKEN.ID -Siapa yang tak kenal dengan sosok Susi Pudjiastuti?
Ya, Mantan Menteri Kelautan RI, itu memang menjadi idola bagi banyak orang.
Penampilannya yang nyentrik, dan semangatnya sebagai seorang menteri sangat menginspirasi kala itu.
Bahkan, tak jarang kebijakan yang dibuatnya selalu medapat decak kagum bagi rakyat Indonesia.
Mengutip TribunManado.co.id, sebelum menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dikenal sebagai pebisnis sukses.
Ia mengelola beberapa bisnis, dari mulai ekspor ikan hingga transportasi penerbangan.
Dengan berbagai bisnis yang digelutinya, kepada Sandiaga Uno, Susi menceritakan pengalamannya yang mampu membuat orang tercengang.
Dilansir dari vlog Sandiaga Uno pada Kamis (09/07), hal tersebut bermula ketika Sandiaga Uno mengenang awal perkenalan mereka.
"Jadi 11 tahun saya diundang ke sini (rumah Susi, red) ketika Ibu Susi jadi pengurus KADIN. Kita lagi mulai program memperdaya UMKM," papar Sandiaga Uno.
Sandiaga Uno menyatakan, ketika itu Susi memiliki ide untuk memberdayakan sumber daya alam termasuk kekayaan laut Indonesia dan sistem logistiknya.
"Waktu itu ibu sudah punya pesawat berapa?" tanya Sandiaga Uno.
"Terus saya baca di majalah Fox berjudul 'Susi went shopping' di salah satu airshow, kalau gak salah di Perancis dan Singapura?" ucap Sandiaga Uno.
"Ya di Perancis sama Singapura," jelas Susi Pudjiastuti.
"Nah terus ada orang gak jelas dari mana menulis di artikel itu. Saya melihat fotonya wah ini Ibu Susi. Kalau orang lain belanja di mal, dia belanja pesawat," celetuk Sandiaga Uno.
"Berapa ibu beli pesawatnya?" sambungnya.
"30 pesawat," aku Susi Pudjiastuti.
Mendengar pengakuan Susi, Sandiaga Uno tampak begitu takjub hingga tertawa tak berhenti.
"Beli 30 pesawat itu kayak beli kacang. Ceritanya bagaimana bu?" tanya Sandiaga Uno.
Susi menyatakan, pembelian 30 pesawat itu bermula ketika ia hanya memiliki dua pesawat untuk membawa logistik ikan.
"Permintaan ikan tetapi berkurang dari ekspor pakai container, jadi kita berubah haluan dari produk frozen menjadi produk segar dan hidup."
"Ketika ada tsunami di Aceh 2004 kita bantuin mereka. Pesawat datang Novembernya dan kita mulai trial terbang," beber Susi Pudjiastuti.
Seraya mencari pilot yang bisa dipekerjakan, lanjut Susi, ia membawa pesawat ke Aceh untuk membantu korban tsunami.
Saat itu korban tsunami memanggil pesawat tersebut Susi Air, sehingga jadilah penyebutan tersebut.
"Pesawat itu disewa NGO untuk bantu tsunami."
"Hasilnya ada masjid dan satu pesawat."
"Masjid saya bangun 2005, selesai tahun 2006," papar Susi Pudjiastuti.
Susi menyatakan, sejak tahun 2001 ikan tak bisa ekspor karena banyaknya kapal asing yang masuk.
"Setelah saya tahu itu, saya mulai lawan illegal fishing pada 2005 sebelum jadi menteri."
"Saya teriak-teriak itu dari dulu, bukan saat jadi menteri."
"Cari ikan satu ton sehari saja susah padahal tadinya 30 ton sehari."
"Ya itu karena ribuan kapal di laut mengambil," terang Susi.
Dengan sepak terjangnya, Susi Pudjiastuti diangkat menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan oleh Jokowi pada periode pertamanya.
Namun, karena latar belakang pendidikan yang hanya berijazah SMP, banyak orang yang mempertanyakan kinerjanya saat mengemban tanggung jawab.
Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian dijawab Susi dengan menunjukkan prestasi yang baik selama kabinet kerja pertama Jokowi berlangsung.
Kebijakannya yang paling sering disorot adalah pemberantasan illegal fishing dan penenggelaman kapal asing yang bertindak tidak sesuai kebijakan yang ada di Indonesia.
Saat memiliki kewenangan sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi bertekad membenahi hal tersebut agar warga Pangandaran bisa hidup dari hasil laut.
"Ekspor kemudian naik dari nilai uang, neraca perdagangan 2015 kita nomor satu," pungkas Susi Pudjiastuti. (*)
Artikel ini telah tayang di GridStar.ID, dengan judul "Kekayaannya bak Saingi Sultan Andara, Susi Pudjiastuti Blak-blakan Langsung Borong 30 Pesawat dalam Satu Waktu, Buat Sandiaga Uno Tercengang: Kayak Beli Kacang!"