Kasus Harian Covid-19 Meninggi dan Kapasitas Tempat Tidur Rumah Sakit Mulai Penuh, Ahli Epidemiologi Sebut Indonesia Alami Fase Kritis

Sabtu, 29 Agustus 2020 | 11:00
Kompas

Ilustrasi pasien corona

Kasus Harian Covid-19 Meninggi dan Kapasitas Tempat Tidur Rumah Sakit Mulai Penuh, Ahli Epidemiologi Sebut Indonesia Alami Fase Kritis

WIKEN.ID -Ahli epidemiologi dunia ini peringatkan Indonesia masuki fase kritis dimana kapasitas tempat tidur mulai penuh dan kasus harian masih meninggi.

Bila kita lihat kasus harian positif corona mencapai 2000-an lebih setiap hari.

Terlihat, tak ada tanda-tanda kasus itu mengalami penurunan.

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan agar Indonesia terus melakukan penguatan kuantitas dan kualitas testing virus corona.

Baca Juga: Sepi Job Selama Pandemi Virus Corona, Mantan Suami Musdalifah Ini Banting Setir Jualan Donat Demi Sambung Hidup, Nassar: Yang Penting Ada Pemasukan

Menurut dia, Indonesia saat ini telah memasuki fase awal kritis akibat Covid-19.

"Indonesia ini sudah memasuki fase kritis awal yang diperkirakan mengalami puncak di awal Oktober 2020, khususnya Jawa. Ini bisa berlangsung lama, bisa sampai akhir tahun," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (26/8/2020).

Apa indikator fase kritis ini?

Dicky menyebutkan, ada beberapa indikator yang mendasari bahwa Indonesia kini sudah memasuki fase kritis pandemi virus corona.

Baca Juga: Asyik! Kabar Gembira Buat Pegawai Honorer Seantero Indonesia, Sri Mulyani Umumkan Bakal Berikan Subsidi Gaji di Tengah Pandemi, Segini Nominalnya

Pertama, jumlah kasus baru harian yang semakin tinggi.

Hingga saat ini, menurut Dicky, hanya DKI Jakarta yang bisa dinilai secara valid karena memiliki cakupan tes memadahi dan memenuhi target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu satu tes per seribu per minggu.

"Untuk melihat secara valid berapa kasus baru harian, tentu harus diakukan dengan testing yang optimal, baik kuantitas maupun kualitas," jelas dia.

"Bila ini tak bisa kita nilai, itu bukan sesuatu yang aman-aman saja. Malah sebaliknya, kita berada dalam posisi yang rawan karena kita tidak bisa menilai situasi sesungguhya di wilayah tersebut," lanjut Dicky.

Baca Juga: Waspada! Happy Hypoxia, Gejala Baru Virus Corona, Pasien Kelihatan Gembira Namun Oskigen yang Ada dalam Darah Turun Drastis

Indikator kedua adalah infection rate yang juga dipengaruhi oleh kapasitas testing.

Dicky menyebut infection rate tersebut bisa menilai seberapa parah virus corona telah menyebar.

Ketiga, positivity rate baik pada level nasional maupun daerah yang berada di atas rata-rata global atau indikator WHO, yaitu di bawah 5 persen.

"Rata-rata kita di atas 10 persen, belum pernah turun di bawah 10 persen. Tentu ini situasinya rawan," kata Dicky.

Baca Juga: Setelah Udang, Kini Ditemukan Kontaminasi Virus Corona dalam Sepotong Sayap Ayam Beku Impor, Otoritas Kesehatan Segera Lakukan Hal Ini

Indikator terakhir untuk menilai bahwa Indonesia berada pada fase rawan adalah persentase penggunaan tempat tidur rumah sakit yang menunjukkan peningkatan.

Menurut dia, setiap daerah harus melakukan evaluasi terhadap indikator-indikator tersebut untuk melihat sejauh mana tingkat keseriusan kondisi Covid-19.

Oleh karena itu, Dicky mengimbau agar semua daerah menguatkan testing dan tracing, sehingga mendapatkan data yag memadai secara epidemiologi.

"Saya harap dalam fase rawan ini testing kita bisa menangkut, terlebih masih didominasi oleh Jakarta, sementara daerah lainnya belum menerapkan testing sesuai target WHO," kata Dicky.

Baca Juga: Dulu Lantang Menuduh Indonesia Sebagai Penjajah, Gara-gara Virus Corona Kini Xanana Gusmao Minta Tolong ke Indonesia, Begini Kisahnya Saat Dibekuk Tim Kopassus

Ia mengatakan, jika Indonesia bisa melakukan 50.000 hingga 100.000 testing per hari, pati akan sangat menunjang keberhasilan dalam mengendalikan pandemi ini.

Sebelumnya, seperti diberitakan Kompas.com, 25 Agustus 2020, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengakui jumlah tes Covid-19 di Indonesia masih jauh dari standar Badan Kesehatan Dunia ( WHO).

WHO menetapkan 1 tes per 1.000 penduduk per minggu.

Jika mengejar standar WHO, maka Indonesia harus melakukan tes terhadap 267.000 warga per minggu.

Baca Juga: Mendagri Tito Karnavian Himbau Bahwa Air Wudhu Tak Mampu Bunuh Virus Corona: Air Tidak Mematikan Virus

Wiku mengatakan, Indonesia baru mencapai 35,6 persen dari standar yang ditetapkan WHO.

"Ini memang capaiannya masih jauh dari target yang diminta WHO dan menjadi standar internasional," kata dia. Menurut Wiku, pemerintah berupaya meningkatkan jumlah tes, salah satunya dengan memperbanyak jumlah laboratorium.(*)

Baca Juga: Dulu Kuhuh Siap Mati Demi Buktikan Omongannya, Kini Jerinx Minta Maaf Usai Jadi Tersangka dan Terbukti Hina Dokter: Tolong Jangan Ditanggapi dengan Perasaan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Indonesia Disebut Memasuki Fase Kritis Covid-19, Ini Alasannya

Tag

Editor : Pipit

Sumber KOMPAS.com