WIKEN.ID -Virus Corona kini telah menjadi wabah pandemi.
Para ahli di berbagai belahan di dunia tak hentinya melakukan riset.
Mulai dari prediksi kapan wabah akan berakhir hingga obat dan vaksin sebagai penawar Covid-19.
Sejumlah ahli juga berlomba-lomba mencari obat ampuh untuk pasien Covid-19.
Tenaga kesahatan juga terus berjuang demi kesembuhan pasien virus corona.
Namun, ada kisah memilukan dari tenaga medis asal Makassar ini.
Seorang dokter di Makassar, Dokter Sugih Wibowo (37), tak menyangka diberi tanggung jawab merawat 190 pasien positif Covid-19 seorang diri.
Sebanyak 190 pasien itu dirawat di Hotel Harper, Makassar, dan tergabung dalam program duta wisata Covid-19 Pemerintah Provinisi Sulawesi Selatan.
Lantaran tugasnya, Sugih terpaksa meninggalkan istri dan anaknya yang berusia tiga bulan demi merawat ratusan pasien Covid-19.
Sebagai seorang suami dan ayah, ia sering kali merasa rindu.
"Kalau terlalu rindu, saya pasti menangis. Saya juga kecewa, tidak berpikir diperlakukan seperti ini," kata dia.
Jumlah pasien tak sebanding dengan tenaga dokter
Awalnya dia mengira bahwa dirinya bukan satu-satunya dokter yang ditugaskan merawat 190 pasien Covid-19 di Hotel Harper.
Namun, rupanya demikian kenyataannya. "Di sini saya hanya sendirian dokter dan ditemani tiga orang perawat tangani 190 pasien.
Kita bagi sif, digilir, dan tetap saling back up," kata Sugih, Kamis (2/7/2020).
Ia pun telah menerima tiga kali surat perpanjangan tugas sebagai penanggung jawab, sehingga kelelahannya merawat pasien tak kunjung bisa diakhiri.
Baca Juga: Rumor Panas! GoJek Bakal PHK Karyawannya, Ikuti Jejak Grab yang PHK 360 Orang?
"Ini jelas tidak sebanding. Jumlah pasien di sini dengan kami. Selama 24 jam full saya standby terus. Saya memang mengajukan diri, tapi tidak berpikir kalau sampai sendiri begini," kata Sugih.
Harus merespons keluh kesah pasien Sebagai satu-satunya dokter, Sugih tak hanya bertanggung jawab memberi pelayanan medis.
Ia bercerita, lebih dari itu, kestabilan psikologis pasien harus tetap dijaga.
Selama bertugas merawat 190 pasien positif, Sugih mengaku harus menyelesaikan tekanan pasien.
Ada pasien yang stres ketika karantina. Kemudian ada yang hendak bunuh diri.
Sugih juga mengatakan, ada pula pasiennya yang mengalami keguguran ketika diisolasi.
"Semua itu harus dan mau tidak mau saya langsung tangani," tutur dia.
Belum menerima insentif
Sugih mengatakan, hingga saat ini dirinya belum mendapatkan insentif meski telah mencurahkan segenap tenaga merawat ratusan pasien Covid-19.
Padahal, di satu sisi, istrinya menanyakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan keperluan sang anak.
"Semua rasa kecewa bercampur di situ. Saya harap ke depannya pemerintah tidak lagi memperpanjang masa tugas sebagai penanggung jawab," ucap Sugih.(*)
Baca Juga: Jumawa dapat Sembuhkan Pasien Virus Corona, Dukun Aslam di India Jadi Cluster Baru Covid-19
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Kalau Terlalu Rindu Anak dan Istri, Saya Pasti Menangis...""