Spesies Kera Asli Kalimantan, Mahir Berenang dan Terancam Punah

Rabu, 01 Mei 2019 | 21:00
Charles J Sharp / Wikimedia Commons

Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari monyet lainnya adalah hidung panjang.

WIKEN.ID - Dalam dunia primata, ada beberapa spesies yang cukup aneh, seperti Bekantan yang memiliki belalai hidung.

Bahkan hidung pada spesies bekantan yang jantan lebih besar seperti badut.

Monyet unik ini menghuni pulau Kalimantan, Indonesia.

Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat.

Dia adalah salah satu dari dua spesies dalam genus tunggal monyet Nasalis.

Baca Juga : Bupati Talaud Minta Kado Barang Mewah, Ternyata Ini Cara Membedakan Tas Asli dan KW

Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari monyet lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan.

Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, tetapi ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam.

Monyet betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya.

Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda.

Dalam bahasa Brunei (kxd) disebut bangkatan.

Baca Juga : Lawan Victim Blaming, Pameran Ini Pajang Pakaian Korban Ketika Alami Kekerasan Seksual

Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina.

Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg.

Monyet betina berukuran 60 cm dengan berat 12 kg.

Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Borneo (Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai).

Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 monyet.

Baca Juga : Anjing Disiksa Hingga Mati Gagal Jantung, Pemiliknya Pun Dihukum

Sistem sosial bekantan pada dasarnya adalah One-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya.

Selain itu juga terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan.

Monyet Bekantan jantan yang menginjak remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung dengan kelompok all-male.

Hal itu dimungkinkan sebagai strategi bekantan untuk menghindari terjadinya inbreeding.

Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain.

Baca Juga : Anjing Ditemukan Dalam Kondisi Basah di Lautan, Penyelamat Akan Mengadopsinya

Untuk menunjang kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaputnya.

Selain mahir berenang bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup.

Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.

Ciri lain Bekantan adalah memiliki perut yang menonjol.

Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya.

Baca Juga : Berselang Oksigen, Inilah Kisah Perjuangan Pasien Sakit Keras yang Ikut Pemilu 2019

Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna.

Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.

Hanya saja, saat ini populasi bekantan mengalami penurunan dan terancam punah.

Beberapa pemicunya di antaranya perburuan liar, dan kebakaran hutan merupakan beberapa penyebab primata endemik Borneo ini perlu segera mendapatkan konservasi.

Pada Maret 2016, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menetapkan bekantan sebagai bagian dari 25 hewan yang harus ditingkatkan populasinya.

Baca Juga : Syahrini Istri Sholeha, Reino Barack Mengaku Tak Menyangka Jika Istrinya Suka Mengaji, 'Merdu'

Bahkan, International Union for the Conservation of Nature (IUCN) menempatkan bekantan sebagai spesies langka.

Berdasarkan the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), bekantan masuk dalam appendix I atau spesies yang terancam punah.

Hindia Belanda juga mengeluarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar pada tahun 1931 untuk melindungi bekantan.

Penilaian populasi dan kelangsungan habitat (PHVA) pada 2004 memperkirakan jumlah bekantan sebanyak 25.000 individu.

Kini, jumlahnya diperkirakan menurun drastis.

Baca Juga : Bayi Prematur Terkecil di Dunia, Ukurannya Cuma Setangkup Tangan Orang Dewasa

Pakan bekantan adalah dedaunan pada pohon berkanopi tinggi.

Pohon jenis ini juga digunakan untuk bersosialisasi dan tidur kala malam.

Kerusakan pohon akibat kebakaran hutan membuat bekantan terpaksa menghabiskan waktunya di daratan yang meningkatakan risiko ancaman predator.

Kehilangan pohon juga membuat bekantan tidak bisa melompat.

Jika jarak pohon 5 meter, lompatya tidak sampai dan akhirnya jatuh. (*)

Baca Juga : Bikin Kagum! Kerasnya Kehidupan Membuat Dua Bocah Penjual Souvenir Ini Mampu Kuasai Lebih dari 10 Bahasa Asing

Editor : Alfa