Gaji Belum Dibayar, Dua Pekerja Indonesia Demo di Depan Toko Uniqlo Denmark

Senin, 08 April 2019 | 15:00
Instagram @cleanclothescampaign

Warni dan Yayat berada di Kopenhagen, Denmark sebagai bagian dari kampanye global PayUp Uniqlo.

WIKEN.ID - Dua buruh asal Indonesia, Warni dan Yayat berada di Kopenhagen, Denmark sebagai bagian dari kampanye global PayUp Uniqlo, selama tanggal 2 hingga 7 April 2019.

Selama puluhan tahun, Warni dan Yayat telah membuat pakaian untuk Uniqlo.

Keduanya bekerja di PT. Jaba Garmindo yang ditutup secara mendadak tahun 2015 lalu.

Para pekerja ini datang bertepatan dengan pembukaan gerai Uniqlo pertama di Denmark, Jumat (5/4/2019).

Baca Juga : Lantai 2 Rumah Ini Habis Terbakar Akibat Bermain Ponsel Sambil Dicharge, Video Ini Jadi Buktinya!

CEO Uniqlo Tadashi Yanai juga diharapkan hadir dalam acara pembukaan tersebut. Dikutip dari cleanclothes.org, Uniqlo merupakan pembeli utama produk sweater dan rompi yang dibuat PT Jaba Garmindo di Indonesia.Namun, kerjasama antara Uniqlo dan PT Jaba Garmindo terputus.

Uniqlo mulai menarik pesanan tanpa adanya peringatan atau penjelasan pada para pekerja di pabrik tersebut.

Baca Juga : Berawal dari Jeritan, Beredar Video Tim Jaguar Polres Depok Temukan Botol Santet di Sebuah Rumah KosongHanya beberapa bulan setelah pesanan Uniqlo berakhir, PT Jaba Garmindo pun bangkrut.Para pekerja di PT Jaba Garmindo, yang 80 persen di antaranya adalah perempuan, kehilangan pekerjaan tetap.

Menurut cleanclothes.org, upah yang seharusnya para buruh terima serta uang pesangon juga belum dibayarkan.Didukung oleh koalisi global kelompok-kelompok buruh, para mantan pekerja PT Jaba Garmindo telah berkampanye melawan pencurian upah yang dilakukan Uniqlo, sejak pabrik ditutup.

Baca Juga : Mesti Ikhlas Kini Kandas, Luna Maya Ceritakan Awal Perkenalannya dengan Reino Barack, Hampir Dijodohkan Sebelum Kenal Ariel!Selama tiga tahun, para pekerja PT Jaba Garmindo telah berjuang melawan pencurian upah.

Uniqlo juga berutang sebesar 5,5 juta EURO atau setara Rp 87 miliar untuk pesangon yang belum dibayarkan pada 2.000 pekerja PT Jaba Garmindo.Pencurian upah merupakan satu masalah besar dalam industri garmen.Sejumlah merek besar juga diduga tidak membayar cukup untuk upah serta pesangon pada para pekerja sesuai yang telah disepakati.

Baca Juga : Kapal Pesiar Ini Berlayar dengan Mayat yang Disimpan dalam FrezerMerek-merek tersebut juga seringkali secara tak terduga dan dengan sedikit pemberitahuan, menutup pabrik mereka. Alhasil, para pekerja tidak memiliki apapun ketika pabrik ditutup alias bangkrut.Kampanye PayUp Uniqlo pun mendesak lembaga dan organisasi untuk menolak segala bentuk kerjasama atau sponsorship dengan Uniqlo, sampai merek tersebut berkomitmen untuk mengakhiri praktik pencurian upahnya.

Baca Juga : Guru dari Desa Terpencil di Kenya Dinobatkan Jadi guru Terbaik di Dunia

Setidaknya, dimulai dengan memenuhi utang kepada mantan pekerja PT Jaba Garmindo.Awal bulan ini, sebuah LSM Spanyol menolak menerima sponsor dari Uniqlo dengan alasan, hal ini akan melanggar kebijakan etika organisasi karena kasus pencurian upah Uniqlo terhadap mantan pekerja PT Jaba Garmindo.Kampanye Global PayUp Uniqlo telah menggelar berbagai aksi di seluruh dunia termasuk fashion mobs hingga demo jalanan di London, Jerman, Amsterdam, Stockholm, Spanyol, Hong Kong, Indonesia, serta Jepang.Uniqlo merupakan sebuah perusahaan asal Jepang sekaligus merek pakaian yang paling cepat berkembang di dunia.

Baca Juga : Kapal Pesiar Ini Berlayar dengan Mayat yang Disimpan dalam FrezerUniqlo juga telah menghasilkan keuntungan senilai miliaran dolar bagi para pemegang saham dan pemiliknya.Bahkan Uniqlo semakin memperluas ekspansi dengan membuka toko-toko besar di seluruh dunia.Pendiri sekaligus CEO Uniqlo, Tadashi Yanai diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar 19,3 miliar dolar AS (Rp 272 triliun) sehingga menjadikannya orang terkaya kedua di Jepang.

Bagaimana menurutmu, Wikeners?

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Gaji Belum Dibayar, Warni dan Yayat Demo di Depan Toko Uniqlo di Denmark", pada 8 April 2019.

Editor : Hikmah

Baca Lainnya