Legenda Kue Keranjang Sajian Khas Imlek, Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun

Jumat, 21 Januari 2022 | 15:33
Shutterstock

Asal-usul kue keranjang

WIKEN.ID - Setiap ada perayakan Tahun Baru Imlek, kue keranjang menjadi menu wajib yang harus disajikan.

Pati kalian familiar dengan kue keranjang ini, karena umumnya biasa ditemui saat tahun baru China.

Kue keranjang yang diolah dari tepung ketan dan gula yang berwarna coklat nan legit ini memiliki asal-usul yang menarik untuk diketahui.

Kue keranjang dalam bahasa Mandarin biasa disebut nian gao, nian artinya tahun, sedangkan gao berarti kue.

Maka dari itu, kue keranjang menjadi simbol harapan akan sesuatu yang lebih baik.

Penghasilan yang lebih tinggi, posisi yang lebih tinggi, pertumbuhan anak, dan secara keseluruhan doa untuk tahun yang lebih baik.

Namun ada tradisi sebelum menyantap nasi terlebih dahulu untuk memakan kue keranjang, hal ini dimaksudkan bentuk harapan agar selalu beruntung dalam pekerjaan dan kehidupan di sepanjang tahun.

Baca Juga: Makna 13 Makanan Khas Tahun Baru Imlek, Kue Keranjang Contohnya

Dahulu kue keranjang menjadi salah satu persembahan petani dalam upacara syukur menyambut musim tanam dan selalu berbarengan dengan akhir musim dingin serta awal dari musim semi.

Sehingga tradisi para petani tersebut menjadi cikal bakal Festival Musim Semi yang berlangsung pada awal tahun.

Dikutip dari Klasika.kompas.id, pada pemerintahan Dinasti Liao (907-1125) orang-orang di Beijing punya kebiasaan memakan kue pada tahun baru.

Saat itulah kebiasaan membuat kue keranjang mulai menjadi tradisi.

Kemudian, sejak zaman Dinasti Ming (1368-1644) kue keranjang mulai menjadi sajian wajib untuk rakyat, dan masih berlangsung hingga sekarang.

Legenda Nian Gao

Konon, kue ini berasal dari daerah Suzhou sekitar 2.500 tahun silam.

Menurut cerita, pada musim semi dan musim gugur (722–481 SM), China terbagi menjadi beberapa kerajaan kecil dan orang-orang menderita karena perang

Raja membuat dinding yang kuat dibangun untuk melindungi wilayah dari serangan, raja pun mengadakan jamuan pesta untuk merayakan ide ini.

Rakyat pun tidak lagi dibuat khawatir dengan perang.

Namun tidak dengan Perdana Menteri Wu Zixu.

Menurut Wu, perang tidak bisa dipandang enteng.

Baca Juga: Kembali Dibuka Perayaan Imlek 2022 di Solo, Sekitar Pasar Gede Bakal Merona Lagi

Tembok yang kuat memang merupakan perlindungan yang baik, tetapi jika musuh mengepung kerajaan, tembok itu juga merupakan penghalang keras bagi diri kita sendiri.

"Jika keadaan benar-benar buruk, ingatlah untuk gali lubang di bawah dinding," kata Wu.

Bertahun-tahun kemudian, setelah Wu Zixu meninggal, kata-katanya menjadi kenyataan.

Banyak orang mati kelaparan.

Para prajurit pun melakukan apa yang dikatakan Wu Zixu sebelumnya dan menemukan bahwa tembok di bagian bawah dibangun dengan batu bata khusus yang terbuat dari tepung beras ketan.

Batu bata ini adalah Nian Gao yang pertama kali.

Setelah itu, orang-orang membuat Nian Gao setiap tahunnya untuk memperingati Wu Zixu.

Seiring waktu berlalu, Nian Gao menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai kue Tahun Baru Cina atau di Indonesia disebut kue keranjang.

Memakan kue ini di perayaan tahun baru, bagi warga Tionghoa memiliki makna positif yang dipercaya secara turun-temurun.

Kue keranjang menjadi simbol atas pendapatan dan jabatan yang lebih tinggi, anak-anak yang berkembang dengan baik, dan secara umum menjanjikan tahun yang lebih baik dari sebelumnya.

Jadi, mereka percaya, mengonsumsi kue keranjang selama perayaan Imlek atau Tahun Baru Kalender Lunar mendatangkan keberuntungan dan nasib baik bagi yang memakannya.

Pada awal Dinasti Liao (907-1125), orang-orang di Beijing memiliki kebiasaan memakan kue di hari pertama bulan pertama.

Lalu dalam perkembangannya, seperti pada masa Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti Qing (1644-1911), kue keranjang mulai menjadi santapan sehari-hari orang-orang di China.

Hal ini pun berlangsung hingga hari ini.

(*)

Baca Juga: Tak Akan Pensiun Sampai Kapanpun, Lesti Kejora Ungkapkan Dirinya Ogah Berhenti Jadi Penyanyi

Tag

Editor : Agnes

Sumber batam.tribunnews.com, klasika.kompas.id