WIKEN.ID -Sejak awal keberadaannya, orangutan tapanuli sering sekali bersinggungan dengan bahaya besar akibat dari kehidupan manusia.
Beberapa di antaranya seperti konversi habitat yang diubah menjadi lahan pertanian dan deforestasi, dan degradasi hutan yang disebabkan pembangunan bendungan dan hidroelektrik yang terdapat di habitat hidupnya.
Dalam interaksinya dengan manusia, orangutan tapanuli sering kali terluka bahkan mati.
Baca Juga: Miris! 24 Peluru Ditemukan di Tubuh Orangutan Hingga Matanya Terpaksa Buta, Begini Kondisinya!
Hewan yang ditemukan pada tahun 2017 di hutan hujan Sumatera, Indonesia, kini berstatus kritis (Critically Endangered) dalam Daftar Merah IUCN.
Menurut sebuah laporan baru, sedikitnya populasi yang ada menjadikannya sebagai salah satu primata paling terancam punah di dunia.
"Primata Dalam Ancaman: 25 primata paling terancam punah di dunia 2018-2020” adalah perulangan ke sepuluh dari laporan yang dikeluarkan setiap dua tahun yang mendokumentasikan spesies primata dari seluruh dunia, yang menghadapi ancaman kepunahan paling parah.
Dalam laporan tersebut, bahwa orangutan Tapanuli adalah salah satu primata paling terancam di dunia karena dampak kegiatan manusia.
Hampir 70 persen dari 704 spesies primata dan subspesies yang dikenal di dunia dianggap terancam.
Lebih dari 40 persen terdaftar sebagai Kritis (Critically Endangered) atau Genting (Endangered).
Belum lama, satu orangutan telah dievakuasi dengan keadaan tubuh penuh dengan peluru.
Dari pemeriksaan dokter, bola mata sebelah kanan hewan yang berumur 25 tahun ini tampak merah.
Sedangkan mata kirinya keruh diduga telah mengalami cider lebih dahulu sebelum cidera pada mata kananya.
Baca Juga: Hari Orangutan Sedunia, Video Ini Tunjukkan Momen Mengharukan Pertemuan Ibu Orangutan dengan Bayinya
Paguh merupakan orangutan yang telah dievakuasi oleh petugas dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara (BBKSDA) Aceh bersama tim HOCRU pada 20 November lalu, di Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, Aceh.
Satwa ini lalu dibawa ke Karantina Batu Mbelin Sibolangit, Sumatera Utara.
Saat ditemukan, tubuh hewan ini penuh dengan peluru senapan angin yang diduga berasal dari aksi para pemburu.
Baca Juga: Video Petugas Kebun Binatang Surabaya Pukuli Orangutan Viral di Medsos
Kedua mata hewan bernama Puguh juga terkena tembakan yang menyebabkan kebutaan secara permanen.
Castri Delfi Saragih, dari Communication Officer YEL-SOCP, Minggu (1/12/2019) mengatakan dari hasil X-Ray teridentifikasi telah tersebar 24 peluru di seluruh tubuhnya.
Peluru itu menyebar, 16 peluru di bagian kepala, empat berada di bagian kaki dan tangan, tiga berada di panggul dan satu peluru berada di perut.
“Perawatan intensif akan terus kami berikan kepada Paguh sampai kondisi membaik,” kata Castri.
Baca Juga: Pertama Kalinya Terekam Kamera, Inilah Video Orangutan Sedang Melahirkan!
Dua minggu setelahnya, orangutan bernama Paya dibebasliarkan setelah mendapatkan perawatan yang maksimal.
Orangutan itu dibebaskan di ekosistem Batang Boru.
Paya dibawa dari Pusat Karantina Orangutan Sumatera Batu Mbelin, Minggu (8/12/2019) dengan sebuah kandang transportasi.
Baca Juga: Memilukan! Ini Aksi Orangutan Berjuang Sendiri Melawan Penebang Hutan yang Hancurkan Rumahnya
Sesampainya di Kawasan Konservasi Cagar Alam Dolok Sibual-buali, hewan itu tampak ceria dan senang.
Matanya dengan penuh keingintahuan mengintip dari balik jendela kandang transportasi.
Kepala BBKSDA Sumut, Hotmauli Sianturi, mengatakan, Paya telah menjalani perawatan di Batu Mbelin, Sibolangit, sejak 20 September-1 Oktober 2019.
Orangutan tapanuli ini pertama kali dilaporkan warga Desa Aek Batang Paya, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan, pada 18 September lalu.
Setelah mendapat laporan, tim BBKSDA Sumut melalui Bidang KSDA Wilayah III Padangsidempuan, bersama Tim HOCRU pada 19 September 2019 segera ke lokasi kejadian untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi.
Serge A Wich, ahli konservasi orangutan yang ada di Medan menjelaskan, sempitnya sarang orangutan lebih banyak berada di hutan dataran rendah yang dekat dengan sumber air dan makanan.
Masih menurutnya, orangutan merupakan spesies kunci yang membantu penyebaran bibit tanaman dengan biji yang berukuran besar, dan ia mampu menyimpan karbon dengan jumlah besar.
“Selama lebih 20 tahun penelitian orangutan di Sumatera dan Kalimantan, orangutan berperan penting dalam penyebaran biji-biji tumbuhan besar yang menyimpan lebih banyak karbon, ” kata Wich.
Baca Juga: Miliki Nama Unik, Hewan yang Hampir Punah Ini Berhasil Ditemukan Kembali di Hutan Vietnam
Penurunan populasi di wilayah tambang emas, PLTA atau jalan yang bisa menjadi terjadinya pemburuan harus segara dibenahi.
Di tengah pembangunan PLTA Batang Boru ditemukan 0,35-0,4 orang utan atau 5-8 orangutan tapanuli.
Salah satu caranya perlu adanya penanaman kembali pohon pakan dan pembuatan koridor di areal pembukaan kawasan.
“Kita sudah meminta NHSE segera membangun depot pengkayaan di wilayah itu,” kata Wanda saat diwawancarai Mongabay, belum lama ini.
(Mega Khaerani)