Jadi grup lawak legendaris, Miing ceritakan pengalaman saat Bagito melawak di depan Presiden Soeharto
WIKEN.ID-Bagito menjadi salah satu grup lawak yang terkenal di era 90-an.
Saking populernya, Dedi Gumelar atau akrab disapa Miing menyebut bahwa grupnya sempat diundang melawak oleh Presiden ke-2 RI, Soeharto.
Pengalaman ini ia ungkapkan dalam kanal Youtube Gofar Hilman pada Kamis (21/1/2021) lalu.
Mendapat tawaran melawak dari Presiden Soeharto, Bagito ternyata sempat mendapat penolakan karena lawakannya sering kali mengkritisi pemerintah.
"Karena mereka tahu Bagito nakal, takutnya kepleset lidah di hadapan presiden tidak baik," imbuhnya.
Namun akhirnya izin didapatkan usai panitia penyelenggara meminta izin pada Raden Ayu Siti Hartinah atau Bu Tien yang tak lain isti Soeharto.
Mendapatkan izin, nyatanya Miing dan personel Bagito yang lain yaitu Didin dan Unang masih ketakutan.
Bahkan Miing juga mendapat telepon dari protokol presiden untuk menjelaskan lawakan-lawakan yang tak boleh dilontarkan di depan presiden.
"Akhirnya kita manggung, gembira? Malah enggak, kita takut, gue lagi siaran ditelepon minta skrip dulu," ucap Miing.
"Enggak ada pak," imbuhnya.
"Oke ambil kertas sama pensil, tidak boleh ini, jangan bicara ini, terserah kalian menterjemahkannya," tandas menirukan pengawal presiden.
Setelah melewati berbagai proses, Miing dan personel Bagito datang ke lokasi.
Di lokasi tersebut, Miing, Didin dan Unang masih harus menjalani protokol keamanan yang ketat.
"Datang ke Balai Sidang, kan ada detektor, pertama kali kita ngalamin detektor hari itu yang dijaga sama paspampres," kata Miing.
"Didin pakai dasi, gue pakai baju anak betawi, Unang jadi preman Jogja, bawa blankon, bawa pakaian Jawa, bawa keris," imbuhnya.
Dilansir dari Sosok, kejadian mencengangkan pun terjadi saat Unang melontarkan candaan pada pasukan pengawal presiden yang berjaga di pintu masuk.
Karena membawa keris, Unang mendapatkan teguran dari pasukan pengawal presiden.
"Keris kena detektor, 'saudara bawa senjata tajam', Unang sok kepedean kalau paspampres kenal dia, kapan nonton TV, orang ngawal presiden terus, enggak tahu Unang dong," ujar Miing.
"Saya kan jadi Kardiman orang Jawa, kenapa pakai keris, karena kalau pakai silet kekecilan," imbuhnya.
"Jangan bergurau saudara!," tandasnya.
"Wah Unang pucat, siapa yang meloloskan itu ke dalam, ibu menteri jemput ke depan, baru boleh masuk," jelasnya.
Hingga akhirnya, Miing dan personel Bagito yang lain diperbolehkan masuk.
Selama di belakang panggung pun, Bagito dikawal oleh seorang kolonel bersenjata.
"Kita disimpan di backstage, yang nunggu kita kolonel, kakinya selonjor gini kan, kanan kiri ada pistol di kaki, kan gue lihat," ucap Miing.
"Buset kita ngelawak enggak ada pistol saja belum tentu lucu, kita deg-degan," imbuhnya.
"Waktu Pak Harto pidato, Unang lihat ke jendela, dicengkeweng sama dia, 'dek duduk!', aduh nyut-nyutan," tandasnya.
Perdebatan sebelum tampil pun muncul dari personel Bagito.
Dengan ketakutan di benaknya, personel Bagito ogah tampil duluan ke panggung.
Miing akhirnya mengalah dan berani tampil duluan di hadapan Soeharto dan pejabat yang lain.
"Di skenario kita Diding pertama muncul, Miing kedua, Unang terakhir, Didin langsung 'lo saja Ded, kalau lo lucu sendirian kita enggak manggung enggak apa-apa, gue sudah stres semua'," ucap Miing.
Tak disangka acara tersebut banyak dihadiri oleh fans Bagito.
Para personel Bagito terbantu dengan euforia para fans yang ada di lokasi.
"Gue muncul dong saat itu, gue kira cuma Pak Harto, Bu Tien dan para pejabat, ternyata di atas tribun balai sidang itu pelajar SD, SMP, SMA teladan, bidan, suster, dokter teladan itu fans Bagito," ujar Miing.
"Begitu muncul teriak-teriak semua, ya gue lari-larian dulu, gue kuasain dulu, Pak Harto gue cuekin," imbuhnya.
Miing ternyata masih ingat candaan pertama yang dilontarkannya pada Soeharto.
Dengan sentilan khasnya, Miing membahas soal pembangunan yang merugikan orang-orang Betawi.
Tak hanya itu saja, Miing juga menyempatkan diri untuk meminta izin melawak pada Soeharto.
"Assalamualaikum bapak presiden, perkenalkan nama saya Miing pak, saya orang Betawi yang populasinya tinggal sedikit tergusur atas nama pembangunan," kata Miing.
"Saya baru pulang pak tadi dari Mall Pondok Indah, Alhamdulliah itu dulu kuburan engkong saya tanahnya di situ, sekarang kuburan engkong saya jadi adem," imbuhnya.
"Terima kasih pak sudah bangun, cuma waktu saya berdoa awalnya di bawah, eh tahu-tahunya sudah sampai atas, ternyata saya ziarah di tangga jalan," tandasnya.
"Mohon izin saya boleh melawak di sini pak?," jelasnya.
Soeharto dengan seyum khasnya mempersilakan Bagito untuk memulai pertunjukkan.
Sudah mendapatkan izin, Miing langsung mulai melontarkan candaan.
"Itu Pak Harto ketawa, senyum-senyum, itu Pak Harto langsung ambil sapu tangan, terus gini, wah itu mahal banget, 'silakan'," ucap Miing.
"Terima kasih bapak sudah tersenyum, kalau bapak tersenyum itu adalah ibadah untuk bapak, kalau berkenan tertawa itu amal jariyah untuk bapak," imbuhnya.
"Sebab kalau kita bicara di sini bapak diam saja, kanan kiri bapak tidak berani apa-apa," tandasnya.
Baca Juga: Terus Dipojokan dan Dituding Sebagai Orang Ketiga, Meggy Wulandari Bongkar Borok Istri Pertama Kiwil
"Bu Tien gue lihat krudungnya dua kali jatuh," jelasnya.
"Pak kita ingin curhat pak, kita sebelum ke sini sudah tiga kali ke dokter jantung, sampai diteleponin enggak boleh ini itu, ternyata bapak baik sekali," tuturnya.
"Saya kira dengan senyuman bapak, menjamin kita bisa menjamin pulang ke rumah tidak ada guntur," tutupnya.
Bagito akhirnya berhasil mengocok perut penonton sekaligus Presiden Soeharto.
Ucapan selamat pada Bagito diungkapkan para pihak yang hadir di acara tersebut.
"Akhirnya bergitu kita sukses manggung, pengawal bilang 'selamat bapak tersenyum', itu pengalaman yang betul-betul gila," kata Miing.
"Selamat bukan yang congratulation, kalau ini selamat kagak celaka, begitu pulang sebelum ke mobil kita tos, 'kita berjanji tidak mau menerima tawaran kerja dari pemerintah yang menakutkan'," tandasnya.
Tak berhenti di situ saja, saking takutnya para personel Bagito sampai lupa dengan honornya.
Ajudan presiden lantas mengantarkan uang honor untuk Miing dan personel Bagito yang lain.
"Ajudan lari, 'Pak Miing ini uangnya ketinggalan', gila sampai lupa sama honor, enggak dibayar juga enggak apa-apa, itu duit dibungkus pakai koran Rp 17,5 juta," ujar Miing.(*)