Disebut jalin hubungan karena foto berpelukannya, inilah profil Iskandar Widjaja yang keluarganya sudah terkenal di era Presiden Soekarno
WIKEN.ID-Luna Maya kini sedang dikaitkan dengan pemain biola tampan bernama Iskandar Widjaja.
Bukan orang sembarangan, ternyata Iskandar Widjaja memiliki prestasi gemilang di dunia internasional.
Keluarganya juga sudah popular di era Presiden Soekarno.
Iskandar Widjaja merupakan pemain biola asal Jerman yang namanya mulai menjadi perbincangan lantaran fotonya bersama Luna Maya tengah berpelukan.
Berikut beberapa fakta tentang Iskandar Widjaja yang dirangkum dari berbagai sumber:
Pria Kelahiran Jerman
Melansir dari Wikipedia, Iskandar Widjaja merupakan seorang pemain biola asal Jerman.
Musisi tersebut lahir di Berlin pada 6 Juni 1986.
Dia memiliki darah Tionghoa Medan dari Ibunya (Chin Widjaja) dan Belanda-Arab-Maluku dari Ayahnya (Ivan Hadar).
Baca Juga: Babak Baru Kasus Tabrakan Mobil Ayla dan Motor CBR yang Sempat Viral
Dia memulai berlatih piano sejak berusia tiga tahun setelah ia dan ibunya menyaksikan sebuah konser musik klasik anak-anak di Jerman.
Meski lahir dan besar Eropa, ia selalu memperkenalkan diri sebagai orang Indonesia.
Punya Segudang Prestasi Internasional
Pria berusia 34 tahun itu tampaknya seorang pemain biola berbakat karena menjadi pemenang di berbagai kompetisi Internasional.
Ia merupakan cucu musisi Indonesia, Udin Widjaja yang sangat terkenal di era Presiden Soekarno karena lagu-lagu gubahannya.
Belajar Piano Sejak Usia 3 Tahun
Tak hanya itu, Iskandar memulai berlatih piano sejak berusia tiga tahun setelah ia dan ibunya menyaksikan sebuah konser musik klasik anak-anak di Jerman.
Usai mendapatkan biolanya, Iskandar Widjaja belajar bermain biola dengan teknik Suzuki di bawah ajaran Susan Mann.
Teknik Suzuki adalah metode belajar instrumen musik yang mengacu pada pengajaran Dr Shinichi Suzuki, pebiola dan pendidik musik, Yaitu belajar seperti mempelajari bahasa ibu.
Aneka Penghargaan
Iskandar Widjaja sangat terkenal di dunia internasional karena berhasil menyabet beberapa penghargaan seperti medali emas dalam First International Hindemith Violin Competition, dan First Prize dalam the German National Competition "Jugend musiziert".
Dia juga meraih "Best Bach" dan "Best Beethoven" sonatas di the XXI Concorso Violinistico Internazionale Andrea Postacchini dan masih banyak lagi.
Di usia yang masih muda, prestasi pria kelahiran Jerman, 6 Juni 1986 ini sudah mendunia.
Prestasi itu pulalah yang mengantarnya tampil di pergelaran di seluruh dunia.
Seperti tampil di the Sydney Symphony Orchestra, the Dubrovnik Symphony Orchestra, the Sinfonieorchester Berlin, the Orchestre de la Suisse Romande.
Belum lagi festival-festival kelas atas seperti "Kissinger Summer", "Valdres Sommersymfoni", "Festival de St. Prex", "Music Festival Phnom Penh" dan "Keshet Eiolon".
Penghargaan:
- Gold Medal pada 1st International Hindemith Violin Competition
- The First Federal Prize di Jugend Competition (Youth Making Music)
- Best Bach dan Best Beethoven Sonata pada The 21st Concorso Violinistico Internazionale Andre Postacchini
- Award dari The LOTTO Promotional Prize 2013 pada The Rheingau Music festival
- Award dari Gubernur Berlin pada ajang Julius Junior Kategori Young Talent
Saat diwawancarai dalam acara “Bukan Empat Mata” yang dipandu oleh Tukul Arwana tahun 2013 lalu.
Dari semua kesuksesan yang berhasil ia peroleh, ia masih memiliki cita-cita untuk terus menjadi brand ambasador musik klasik di Indonesia.(*)