Pantas Saja Berani Tantang Nato dan Sekutunya, Ternyata Erdogan Diam-diam Telah Siapkan Pasukan Bayangan Jika Konflik Turki dan Yunani-Eropa Meletus

Sabtu, 19 September 2020 | 19:00
Business Insider

Ilustrasi militer Turki yang menunggu perbatasan

Pantas Saja Berani Tantang Nato dan Sekutunya!, Ternyata Erdogan Diam-diam Telah Siapkan Pasukan Bayangan Jika Konflik Turki dan Yunani-Eropa Meletus

WIKEN.ID -Turki di bawah kepemimpinan Presiden Tayyip Erdogan kian membuat Yunani jadi bulan-bulanan akibat kebijakannya.

Sebelumnya Turki mengubah museum Hagia Sophia, yang memiliki sejarah penting bagi umat Kristiani Yunani dan Muslim, menjadi masjid.

Kini, Turki mulai berani wilayah sengketa kedua negara yang kaya akan sumber daya alam.

Bahkan Turki sudah berani melakukan eksplorasi di wilayah yang sebenarnya belum memiliki kejelasan tentang kepemilikan.

Baca Juga: Kawasan Mediterania Timur Kian Memanas Setelah Pentolan NATO Lakukan Latihan Militer Gabungan 4 Negara, Erdogan Tak Ambil Diam dan Tantang Balik: Mereka Dipersilakan Untuk Menghadapi Kami

Ketika empat negara termasuk Yunani dan salah satu sekutu terbaik Amerika Serikat menggeser militernya demi mendesak Turki, Erdogan malah mengancam balik.

Erdogan menegaskan, Turki bertekad untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk mendapatkan haknya di Laut Hitam, Aegea, dan Mediterania.

Turki pun dikabarkan telah mempersipkan militernya dengan matang untuk bertindak jika konflik dengan Yunani dan Eropa pecah.

Bahkan, pemerintah Turki dilaporkan memiliki pasukan bayangan yang terdiri dari tentara bayaran untuk melakukan pertempuran rahasia.

Baca Juga: Mediterania Timur Berubah Jadi Medan Ketegangan, Erdogan Tantang Balik Negara yang Menentang Turki, Pentolan NATO Salah Satunya

Melansir Kontan.co.id via The Sun,Jumat (18/9/2020), pasukan tersebut dapat bergerak sesuai permintaan Turki.

Pasukan bayangan ini, dilaporkan The Sun, dibawahi oleh SADAT Defense, sebuah perusahaan yang mengklaim sebagai konsultan militer, pelatihan kepada militer reguler dan keamanan swasta.

Oposisi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan percaya bahwa SADAT juga bertindak sebagai tentara pribadi yang siap berperang sesuai keinginannya.

Pasukan tersebut dibandingkan dengan kelompok paramiliter dari Rusia, Kelompok Wagner, yang dilaporkan melakukan operasi luar negeri untuk Kremlin dan Vladimir Putin.

Baca Juga: Punya Bukti Klaim Bahwa Virus Corona Berasal dari Laboraturiom Militer, Ahli Virologi Ini Bongkar Kedok China yang Tutupi Aib

SADAT sendiri telah lama diselimuti misteri.

Hingga pekan lalu, AS melaporkan bahwa SADAT mengerahkan milisinya dari Suriah ke Libya.

Beberapa media Israel sebelumnya mengklaim organisasi itu terkait dengan organisasi lain termasuk Hamas dan Hezbollah.

Sumber yang sama menyatakan bahwa organisasi tersebut secara aktif melatih elemen ekstremis di Suriah dan lokasi lain di Timur Tengah.

Baca Juga: Bocorkan Informasi Bahwa Virus Covid-19 Berasal dari Laboratorium Militer, Ahli Virologi Ini Harus Kabur ke Hongkong Demi Menylamatkan Dirinya dari Ancaman Pemerintah China

Dilaporkan The Sun, SADAT dijalankan oleh orang terdekat dan kepercayaan Erdogan, Adnan Tanriverdi.

Dia dijuluki oleh beberapa pihak sebagai orang yang kuat.

Dia merupakan pensiunan brigadir jenderal di Angkatan Bersenjata Turki yang kemudian diangkat sebagai kepala penasihat militer oleh Erdogan setelah percobaan kudeta pada 2016.

Lokasi di mana organisasinya dilaporkan aktif termasuk di Somalia dan Qatar, tempat Turki mendirikan pusat pelatihan militer.

Baca Juga: Melepaskan Diri dari Indonesia 18 Tahun Silam, Begini Kekuatan Militer Timor Leste Kini

Kehadiran SADAT juga telah dilaporkan di pelabuhan Suakin di Sudan, pos terdepan yang memiliki potensi strategis bagi Turki.

Dilansir dari situs resmi SADAT, misi yang mereka emban adalah "membangun hubungan antara negara-negara Islam dalam arti industri pertahanan dan militer”.

Perusahaan menambahkan pihaknya ingin melakukannya "untuk membantu dunia Islam mendapat tempat yang layak di antara kekuatan dunia sebagai kekuatan militer yang mandiri."

Namun, Tanriverdi selalu membantah rumor kelam seputar organisasi militernya.

Baca Juga: Tak Cuma Rusia, AS Juga Larang Indonesia Beli Peralatan Militer dari China, Sosok Rahasia Ungkap Indonesia Lagi Bernegosiasi Untuk Beli Kapal Perang

Kepada Telegraph, Tanriverdi mengatakan perusahannya tidak pernah mengirim tentara bayaran atau personel lain ke Suriah atau Libya.

"Saya ingin menyoroti lagi bahwa perusahaan bukanlah organisasi tentara bayaran. Itu tidak memiliki hubungan dengan organisasi atau kelompok teroris," kata Tanriverdi.

Terlepas dari tepisannnya, para jenderal di AS yang memantau kawasan tersebut untuk Pentagon jelas tidak yakin atas bantahan Tanriverdi.

Dalam laporan terbaru kepada pemerintah AS, para jenderal tersebut mengatakan Turki mengirim setidaknya 5.000 tentara bayaran dari Suriah ke Libya.

Baca Juga: Sempat Terjadi Adu Senjata, Timor Leste Akhirnya Lepas dari Indonesia, Begini Keadaannya Kini

Mereka dikirim untuk membantu milisi sekutu pemerintah Libya yang berbasis di Tripoli melawan pasukan komandan militer yang berbasis di kawasan timur Libya, Khalifa Haftar.

Komando AS di Afrika (AFRICOM) menggambarkan tentara bayaran Suriah yang bertempur bersama pemerintah Tripoli "tidak berpengalaman, tidak berpendidikan, dan termotivasi oleh janji gaji yang cukup besar".

Mereka mengklaim SADAT telah melakukan pengawasan dan pembayaran terhadap orang-orang yang mereka sebut sebagai tentara bayaran.

Laporan itu mengatakan para ekstremis dengan hubungan militan sebelumnya telah terlibat dalam pertempuran di Tripoli, meskipun "ada kemungkinan mereka berperang karena alasan keuangan dan pribadi daripada alasan ideologis."

Baca Juga: Fisik Memang Sudah Berubah Jadi Wanita, Para Transgender di Thailand Ini Tetap Ikuti Wajib Militer Demi Negara, Begini Kisahnya

Militer AS juga semakin khawatir tentang pengaruh Rusia yang semakin tumbuh di Libya, di mana setidaknya 3.000 tentara bayaran Rusia mendukung pasukan Haftar, kata laporan itu.

Laporan itu menambahkan Kelompok Wagner menyediakan penembak jitu terlatih yang mengakibatkan jatuhnya "korban yang signifikan" bagi milisi sekutu Tripoli.

Moskwa membantah tuduhan militer AS dan berkeras bahwa militer Rusia tidak terlibat dalam proses apa pun dan dengan cara apa pun di Libya.(*)

Baca Juga: Berhadapan dengan Israel Demi Selamatkan Bocah Lebanon, Ini Cara Cerdik yang Dilakukan Prajurit TNI Hingga Disegani Militer Asing

Editor : Agnes

Sumber : Kontan.co.id

Baca Lainnya