WIKEN.ID - Kejadian langka terjadi di Italia.
Seekor beruang dijatuhi hukuman mati oleh pihak berwenan di Italia.
Ini dikarenakan beruang tersebut telah menyerang dua pejalan kaki.
Beruang tersebut dinyatakan bersalah karena melukai seorang ayah yang nekat menghadapi beruang tersebut untuk melindungi putranya.
Namun, putusan itu mendapat kecaman dari sejumlah aktivis karena dinilai dapat memicu perburuan beruang secara besar-besaran.
Selain itu, pemutusan secara sepihak tersebut dikatakan tidak adil, karena penyebab penyerangan oleh beruang tersebut belum terungkap.
Dilansir ladbible.com, Selasa (30/6/2020), Fabio Misseroni (59) dan putranya Christian Misseroni (28) sedang menikmati pemandangan alam di Monte Peller di utara negara itu minggu lalu.
Di tengah perjalanan mereka, seekor beruang coklat tiba-tiba muncul di jalan dan mengadang keduanya.
Apa yang terjadi selanjutnya adalah kejadian mengerikan di mana Fabio nekat melompat ke arah binatang besar itu.
Ia berusaha untuk menghentikan beruang yang menyerang kaki Christian dan memberi celah agar anaknya bisa melarikan diri.
Akibat kejadian tersebut, ayah yang berusia 59 tahun itu menderita patah kaki di tiga tempat.
Beruang itu akhirnya lari setelah Christian mulai bertepuk tangan dan melambaikan tangannya untuk menakut-nakutinya.
Setelah serangan itu, gubernur Trentino Maurizio Fugatti menandatangani perintah eksekutif yang menyerukan agar beruang tersebut dihukum mati karena menganiaya Fabio dan Christian.
Perintah itu memicu kecaman dan kemarahan dari para aktivis kesejahteraan hewan dan hak-hak hewan.
Sebuah petisi online telah dimulai oleh World Wildlife Fund cabang Italia, yang sejauh ini telah mengumpulkan 22.000 tanda tangan.
Mereka mengatakan bahwa keputusan hukuman mati tersebut tidak adil lantaran belum diketahui apa motif beruang tersebut melakukan penyerangan.
"Luar biasa, kalimat ini dikeluarkan tanpa pengadilan, sedangkan dinamika yang menyebabkan beruang itu melukai dua orang tersebut masih belum jelas," bunyi petisi itu.
Ternyata, perintah pembunuhan beruang ini bukan yang pertama kalinya terjadi, oleh karenanya para aktivis menyerukan agar praktik tersebut dihentikan.
"Dia bukan beruang pertama yang dihukum mati di Trentino. Untuk alasan ini, pemusnahan otomatis untuk semua beruang yang terlibat dalam kontak dekat (dengan manusia) atau kecelakaan harus dihentikan," ujar seruan dalam petisi tersebut.
"(Kami menyerukan modifikasi) teks Rencana Aksi untuk Konservasi Beruang di Pegunungan Alpen (PACOBACE), yang menyediakan kemungkinan pemusnahan bahkan jika ada beruang yang hanya melakukan apa yang telah diajarkan oleh alam."
Para aktivis menerangkan bahwa mereka membela manusia, namun juga masih berusaha berlaku adil untuk para satwa.
"Kami berada di pihak orang-orang tetapi juga beruang, jadi kami meminta anda untuk bergabung bersama kami untuk memastikan bahwa ia (beruang itu) dapat terus hidup, bebas, di rumahnya, yaitu gunung."
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup Italia, Sergio Costa, secara pribadi telah menulis surat kepada gubernur untuk membujuknya agar tidak melanjutkan pemusnahan.
Sergio Costa mengatakan rincian lebih lanjut tentang keadaan di balik insiden tersebut akan diperlukan.
"Hanya setelah mengumpulkan informasi ilmiah tertentu tentang hewan yang terlibat dalam kecelakaan dengan dua warga negara itu, kita akan dapat mengevaluasi solusi teknis yang menurut pendapat saya, tidak boleh mengakibatkan pembunuhan binatang," kata Sergio Costa.
Hingga saat ini, belum ada laporan terkait tanggal penjatuhan hukuman mati bagi beruang tersebut.(*)