WIKEN.ID - Menjadi guru adalah sebuah panggilan dari hati.
Itulah salah satu ungkapan bagi seorang guru yang sama wajib mendidik anak muridnya.
Seorang guru harus memiliki ketulusan yang besar dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada muridnya demi masa depan yang cerah.
Guru tak hanya memberikan materi pelajaran, melainkan melakukan banyak hal yang mungkin belum kamu ketahui.
Ketulusan dan tanggung jawab seorang guru ini terbukti dari apa yang dilakukan oleh guru SD ini.
Yuliana, guru SD 3 Bandar Agung, Muara Sungkai, Kabupaten Lampung Utara, tak gentar menerjang banjir setinggi dada orang dewasa untuk tetap pergi mengajar
Saat matahari belum terbit, Yuliana sudah bersiap pergi. Pakaian dinas harian warna cokelat dan sepatu pantofel.
Guru SD ini merapikan tepian jilbab berwarna merah muda yang dikenakannya.
Tas jinjing warna hitam disampirkan di bahu.
Baru hendak melangkah, Yuliana mendengar panggilan suaminya, Gunawan dari dalam rumah.
“Sudahlah, Bu, izin aja, libur ngajar dulu hari ini. Pasti banjir lagi, semalam (hujan) deras,” kata Gunawan.
Cuaca pagi itu, Rabu (22/1/2020) di Kampung Bandar Agung, Kecamatan Muara Sungkai gerimis rintik-rintik.
Malam sebelumnya, hujan deras mengguyur kampung di Kabupaten Lampung Utara itu.
“Namanya suami ya begitu, mana tega melihat istrinya kesusahan. Biasanya dia (Gunawan) nyuruh libur dulu, kalau hujan deras, karena sudah pasti banjir di jalan arah ke sekolah,” kata Yuliana yang dikutip dari Kompas.com.
Bukan sekali dua kali Yuliana harus menerobos banjir untuk pergi ke sekolah tempatnya mengajar sejak 1992 itu.
Pilihan untuk jalan kaki dan menerjang banjir itu dia anggap jauh lebih aman daripada harus menggunakan sepeda motor melewati jalan umum.
Jika melalui jalan kabupaten, justru membutuhkan waktu yang lebih lama.
Hal ini dikarenakan harus memutar dan kendaraan berjalan merayap.
“Jalannya itu, bukan rusak, tapi hancur, lubang dimana-mana. Kalau hujan pasti licin. Bahaya,” kata Yuliana.
Tak ada pilihan, dengan pertimbangan keselamatan, Yuliana pun nekat menerjang banjir sejauh 3 kilometer menuju perbatasan kampung.
Di situlah lokasi SD 3 Bandar Agung.
“Saya bawa baju ganti,” kata Yuliana.
Yuliana mengakui, tidak mudah berjalan di lokasi banjir, terlebih kontur tanah adalah perkebunan dan agak berlumpur.
Yuliana pun pernah beberapa kali terjatuh sampai seluruh isi tasnya basah.
“Mau bagaimana lagi, namanya tugas, Mas. Ya, dijalanin aja,” kata Yuliana.
Meski kondisi seperti itu, Yuliana tidak menginginkan bantuan perahu karet.
Dia mau pemerintah daerah menimbun dan memperbaiki jalan umum yang hancur itu.
“Harusnya ditimbun, agar lebih tinggi dari pinggiran. Daerah sini kebun dan rawa. Juga dekat Sungai Sungkai, kalau musim hujan begini pasti banjir. Lalu dibuatkan talud dan drainase juga,” kata Yuliana. (*)