WIKEN.ID - Bus pariwisata PO Purnamasari dengan nomor polisi E 7508 W diketahui mengangkut 58 wisatawan dari Depok.
Kecelakaan itu terjadi saat bus tersebut akan pulang setelah mengantarkan penumpang berwisata di Tangkuban Perahu sekitar pukul 16.00 WIB.
Bus pariwisata mengalami kecelakaan tunggal di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Subang, Sabtu (18/1/2020).
Belum diketahui pasti penyebab kecelakaan tersebut, namun dari keterangan sejumlah saksi, kecelakaan disebabkan karena laju bus tak terkendali saat berada di tikungan dengan kondisi jalan menurun.
Akibat peristiwa naas itu, 8 orang dinyatakan tewas, 5 orang luka berat dan 15 orang lainnya mengalami luka ringan.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar, Kombes Pol Saptono Erlangga mengatakan, para korban meninggal dan korban yang mengalami luka berat langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Ciereng Subang.
"Info sementara korban meninggal 8 orang, luka berat 5 orang," kata Erlangga.
Sedangkan 15 luka ringan itu, lanjut dia, dilakukan perawatan medis di Puskesmas Palasari.
Salah satu saksi hidup saat kejadian bus terguling yang membawa rombongan kader Posyandu Kota Depok di Subang, Jawa Barat, adalah Muniroh (52).
Menurut Muniroh, sebelum bus terguling, sopir dan kernet bus sempat berhenti selama dua menit untuk mengecek kondisi seluruh ban dengan cara memukul-mukul ban.
"Saya tanya, kenapa bang? Sopirnya bilang enggak ada apa-apa terus saya disuruh lanjutin lagi karena memang saat itu baru ada sambutan dari panitia acara," papar Muniroh yang dikutip dari Wartakotalive.
Muniroh yang duduk persis di belakang sopir ini mengatakan, bahwa pengecekan dilakukan dengan membagi tugas yakni sopir mengecek ban bagian kanan, sedangkan kernet memeriksa ban di sisi kiri.
Selama dua menit, kata Muniroh keduanya memeriksakan ban yang dilanjutkan dengan menjalankan kembali bus tersebut.
Sekitar selang 10 menit pasca pengecekan, Muniroh mengatakan bus oleng hingga akhirnya terbanting bagian belakang lebih dulu yang kemudian sisi depan bus turut terjatuh.
"Setelah ngecek ban itu sopir bawa kenceng banget sampai kita pada teriak pak sopir jangan ngebut, pada histeris," tutur Muniroh mengisahkan musibah pilu yang merenggut delapan korban jiwa itu.
Sebelum bus terlempar dan akhirnya terguling, Muniroh mengaku memiliki firasat ada yang tak beres.
Hal ini dikarenakan kernet bus yang awalnya duduk di dekat pintu, lari ke belakang ke bagian kursi penumpang.
"Saya curiga, wah bahaya nih, benar saja. Akhirnya saya diri dan pegangan ke sela-sela bagasi yang ada di atas saya," kata Muniroh.
Dari pertahanannya itu, Muniroh bersyukur dirinya bisa selamat meski setelah bus terjungkal, dirinya sempat bingung mau keluar dari bus lewat mana.
Bus yang jatuh dan terguling di sisi kanan, tak menyisakan ruang gerak baginya untuk keluar melalui pintu.
"Saya akhirnya lewat jendela yang hancur, sopir yang tergencet saya langkahin saya sudah enggak lihat kiri kanan pokoknya bagaimana saya bisa keluar dari bus," paparnya.
Kader dari Posyandu Mawar Merah RT 02/08, Kelurahan Bojong Pondok Terong, Cipayung, Depok ini pun sebelumnya tak memiliki firasat.
"Tapi memang kepikiran waktu berangkat, pas mau sampai di Tangkuban Perahu, bus sempat susah naik di tanjakan tapi akhirnya naik juga sih," katanya.
Muniroh mengisahkan, teman sebangkunya sempat mengaku bermimpi bahwa tak jadi pergi ke Tangkuban Perahu.
"Tapi saya bilang, sudah bu enggak ada apa-apa, kita berdoa saja insya Allah enggak ada apa-apa," tuturnya.
Sementara itu, menurut keterangan penumpang selamat yang lain, Rosmala (40), saat melintasi turunan Palasari, Kampung Nagrog, Desa Cisaat, Kecamatan Ciater, Subang, laju bus terlihat lebih kencang.
Para penumpang bus termasuk dirinya sempat berteriak kepada sopir, agar mengurangi kecepatannya.
"Iya mobilnya ngebut, pas turunan itu kenceng banget, yang lain juga (penumpang) pada teriak: Bang pelan-pelan, tapi enggak bisa dipelanin," katanya. Akibat laju bus tak terkendali, saat berada di tikungan itu bus terguling. (*)