Zimbabwe Alami Kekeringan Akibat Elnino, 200 Gajah Mati dan 600 Gajah Lain Terancam

Rabu, 04 Desember 2019 | 11:30
Philimon Bulawayo/Reuters

Zimbabwe Alami Kekeringan Akibat Elnino, 200 Gajah Mati, 600 Gajah Lain Terancam

WIKEN.ID -Ratusan gajah dan puluhan singa di Zimbabwe akan dipindahkan oleh taman margasatwa negara itu.

Hal itu dilakukan sebagai bagian dari operasi besar untuk menyelamatkan hewan dari kekeringan yang dapat menghancurkan.

Lebih dari 200 gajah telah mati selama dua bulan terakhir karena kurangnya air di zona konservasi utama negara itu, tepatnya di Mana Pools dan Taman Nasional Hwange.

Baca Juga: Digunakan untuk Wisatawan yang Ingin Berkeliling di Tengah Teriknya Hari, Gajah ini Mati Mengenaskan

Beberapa kejadian saat hewan-hewan itu mencari air diketahui oleh warga setempat, beberapa sempat terekam kamera warga.

Penduduk desa Jutshume, yang berada dekat Taman Nasional Hwange, membagikan video tentang seekor anak gajah yang jatuh ke sumur bulan lalu setelah mati-matian mencari air.

Warga berhasil menyelamatkan anak gajah lain, yang kemudian melarikan diri untuk menyelamat hidup.

Tetapi warga percaya kaki hewan itu patah dalam proses melarikan diri.

Baca Juga: Gajah Kerdil Ditemukan Meninggal di Perkebunan, Ada Satu Luka Tembak di Pantat dan Gadingnya Hilang

Seekor gajah dewasa, yang tumbang di dekat desa, diberi makan oleh penduduk sampai hewan itu cukup kuat untuk berjalan.

Hewan di dekat desa Jutshume, tak jauh dari perbatasan dengan Botswana, biasanya akan minum dari bendungan Maitengwe, yang dikenal secara lokal sebagai Mabhongane.

Namun dinding bendungan yang runtuh pada 2005 itu belum diperbaiki, meninggalkan tanah yang gersang.

Baca Juga: Demi Menyelamatkan Anaknya yang Masih Bayi, Kawanan 11 Gajah Meninggal Dunia Jatuh Terjun di Air Terjun

Menurut laporan Agence France-Presse, lembaga satwa liar di negara itu berencana untuk memindahkan 600 gajah, dua ekor singa, sekawanan anjing liar, 50 kerbau, 40 jerapah, dan 2.000 impala (hewan seperti rusa).

Juru bicara otoritas taman dan margasatwa, Tinashe Farawo, mengatakan kepada AFP bahwa operasi pemindahan akan dimulai selama musim hujan, ketika padang rumput tumbuh subur yang biasanya sekitar pertengahan November.

Farawo menggambarkan misi itu sebagai translokasi terbesar dalam sejarah.

Baca Juga: Pro Kontra Perdagangan Gading Gajah, Upaya Konservasi Terhadap Kepunahan Hatitat

Hewan-hewan itu akan dipindahkan dari Savé Valley Conservancy, sebuah taman margasatwa utama di Zimbabwe tenggara, ke tiga taman margasatwa lainnya di bagian utara negara itu.

Para pakar konservasi telah memperingatkan bahwa negara itu bisa kehilangan lebih banyak gajah karena kekeringan jika musim hujan tidak segera datang.

Baca Juga: Baru Pertama Kalinya, Kebun Teh untuk Konservasi Gajah, Telah Mendapatkan Sertifikasi Rawah Hewan

Menurut PBB, kekeringan yang baru-baru ini terjadi telah menyebabkan lebih dari lima juta penduduk pedesaan di Zimbabwe atau hampir sepertiga dari populasi penduduka di sana berisiko kekurangan makanan sebelum panen berikutnya pada tahun 2020.

Zimbabwe memiliki 85.000 gajah, tetapi taman nasional dan kawasan konservasi negara itu hanya dapat mengatasi 55.000 gajah.

Tanah dan air rembesan di negara itu cepat habis karena mengalami kekeringan terburuk dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Kawanan Gajah Datangi Situs Kerajaan Sriwijaya, Memakan Tanaman di Kebun Warga

Direktur Campfire, sebuah organisasi konservasi terkemuka, Charles Jonga, mengatakan kekeringan yang disebabkan oleh El Nino telah memperburuk kondisi air di beberapa taman di negara itu.

Farawo mengatakan bahwa lembaga satwa liar sangat membutuhkan peralatan pompa air untuk menyelamatkan gajah.

“Kami sangat membutuhkan sumber daya untuk menyediakan air. Kami mati-matian menunggu hujan," ucapnya.

Baca Juga: Gajah Kerdil Ditemukan dengan 70 Luka Tembak, Jasadnya Mengambang dan Terikat di Pinggir Sungai

Para pecinta satwa liar telah menyumbangkan jerami untuk gajah sebagai upaya menyelamatkan mamalia darat terbesar di dunia.

Banyak hewan nekat yang keluar dari taman Zimbabwe ke tempat-tempat terdekat untuk mencari makanan dan air.

Sebuah situasi yang akhirnya meningkatkan konflik manusia dengan satwa liar.

Selama lima tahun terakhir, 200 orang dilaporkan tewas dalam konflik manusia dan hewan.

“Kami kemungkinan akan kehilangan lebih banyak gajah, terutama jika hujan terlambat. Dunia harus tahu bahwa Hwange mengandalkan air bawah tanah, dan tidak pernah mudah bagi taman untuk memelihara taman yang kelebihan penduduk ini,” kata Jonga.

Baca Juga: Setelah 22 Tahun Terpisah, Gajah Sirkus yang Telah Diselamatkan Ini Berhasil Disatukan Kembali

(Mega Khaerani)

Editor : Rebi

Baca Lainnya