Seperempat Populasi Babi Mati akibat Demam Babi, Ternyata Virusnya Dibawa Dari Afrika

Sabtu, 09 November 2019 | 15:15
Blantyre Farms

Diperkirakan Seperempat Populasi Babi akan Mati akibat Demam Babi

WIKEN.ID -Menurut organisasi antar pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan pengendalian penyakit hewan sekitar seperempat dari populasi babi seluruh dunia diperkirakan akan mati.

Kematian babi ini diperkirakan karena epidemi demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).

Pada tahun lalu, penyebaran penyakit ini mengejutkan pemerintah di berbagai negara seperti di Cina.

Kematian dan penyebaran penyakit ini telah menghancurkan populasi babi di China yang merupakan rumah bagi memilki populasi babi terbesar di dunia.

Penyakit ini juga ditularkan di negara-negara Asia lainnya seperti Vietnam dan Korea Selatan.

Baca Juga: Hewan Mirip Babi Pemakan Daun Ditemukan Warga di Selokan Kebun Sawit, Ternyata Lagi Hamil

Penyebaran penyakit ini akan terus mendatangkan malapetaka di Eropa timur, di mana wabah saat ini dimulai pada tahun 2014.

Akibat krisis penyakit ini berimbas pada harga daging babi secara global yang meningkat.

Sebagian besar didorong oleh permintaan dari China, di mana sebanyak 100 juta babi telah hilang sejak ASF pecah di sana tahun lalu.

Baca Juga: Wanita Ini Jadi yang Pertama di Dunia Dapat Donor Kornea Mata dari Babi, Inilah Keadaan Penglihatannya Sekarang

Dalam beberapa bulan terakhir, Cina telah memberikan persetujuan ekspor ke pabrik daging asing dan menandatangani kesepakatan di seluruh dunia.

Penjualan daging babi AS ke Cnina meningkat dua kali lipat dibandung tahun sebelumnya.

Sementara harga daging babi di Eropa telah mencapai tertinggi enam tahun.

Dr Mark Schipp, wakil presiden World Organisation for Animal Health (OIE), mengatakan pada konferensi pers minggu ini bahwa ASF adalah ancaman terbesar bagi setiap ternak komersial seperti babi.

Baca Juga: Dinamai Mirip Seniman Terkenal, Babi yang Hampir Disembelih Ini Berhasil Ciptakan Karya Seni Seharga Puluhan Juta

Dia mengklaim bahwa penyebaran penyakit dalam satu tahun terakhir ke negara-negara termasuk Cina, yang memiliki setengah populasi babi dunia, telah meradang krisis di seluruh dunia.

Schipp mengatakan para ilmuwan veteriner di seluruh dunia berusaha menemukan vaksin untuk penyakit itu, tetapi itu adalah tantangan yang kompleks karena sifat virusnya.

Meskipun penyakit ini tidak menyebar ke manusia, sebenarnya 100% fatal setelah tertanam dalam populasi babi.

Baca Juga: Nahas! Remaja Ini Tewas Mengenaskan dengan Otak Digerogoti Ratusan Cacing Pita, Diduga Usai Mengonsumsi Daging Babi Setengah Matang

ASF dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, seperti babi hutan, dan melalui kutu.

Tetapi virus juga dapat bertahan hidup beberapa bulan dalam daging olahan, dan beberapa tahun dalam bangkai beku, sehingga produk daging menjadi perhatian khusus untuk penularan lintas batas.

Pada bulan Juli 2019, daging yang mengandung virus ASF ditemukan dalam produk yang disita oleh otoritas pelabuhan di Irlandia Utara.

Baca Juga: Truk Terguling, Babi-babi yang Diangkutnya Justru Berkeliaran ke Jalan, Begini Videonya!

Menurut Adam Speck, seorang analis komoditas senior di Agribisnis Intelejen IHS Markit, wabah di Cina telah sangat serius, dengan sebanyak 100 juta babi telah hilang sesuai dengan persediaan resmi yang dinyatakan China.

Rabobank, sebuah perusahaan jasa keuangan yang berspesialisasi dalam makanan dan pertanian, meramalkan bahwa tahun ini Cina akan kehilangan antara 20% dan 70% dari kawanannya, berpotensi sebanyak 350 juta ekor.

Angka resmi menyatakan bahwa lebih dari 1 juta babi telah dimusnahkan.

Baca Juga: Terlalu Lama Bermain Bersama, Anak Babi Ini Menganggap Dirinya Domba, Ini Video Menggemaskannya

Virus ini sekarang telah diidentifikasi ada di 50 negara, termasuk Polandia, Rusia, Korea Selatan dan Filipina.

Sejauh ini, penyakit yang paling jauh ditemukan di negara barat pada hewan hidup adalah di Belgia di antara populasi babi hutan.

Pemusnahan kini direncanakan di negara ini.

Baca Juga: Terekam Video CCTV, Babi Hutan Kelaparan Masuk Kantin dan Serang Pegawai

Alistair Driver, editor Pig World di Inggris, mengatakan, baru-baru ini ada saran dari pemerintah Cina dan perwakilan industri bahwa kawanan babi Cina bahwa kita bisa melihat pemulihan ke tingkat level sebelumnya pada tahun 2020.

Namun, sebagian besar analis global percaya ini sangat optimis dan mengingat kerugian yang sangat besar sejauh in.

Penyebaran virus yang terus-menerus di seluruh Cina dan negara-negara Asia lainnya, akan ada defisit besar dalam produksi daging babi untuk masa yang akan datang.

Krisis ASF Asia memiliki dampak yang sangat besar pada industri daging babi global, dengan rekor volume ekspor mendorong harga naik di seluruh dunia. (*) (Mega Khaerani)

Baca Juga: Sepanjang 5 Meter, Ular Piton Ini Ditemukan Mati di Lahan Waga Usai Memangsa Babi Hutan

Tag :

Editor : Alfa