Cuci Otak ala Menteri Kesehatan Dokter Terawan Jadi Kontroversi, Ternyata Rekan Sesama Menteri Kabinet Baru Pernah Jadi Pasiennya, Ini Kesaksiannya

Kamis, 24 Oktober 2019 | 17:50
Kontan/Cheppy A Muchlis

Presiden Joko Widodo telah melantik MayJend dokter Terawan Agus Putranto menjadi Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024 pada Rabu (23/10/2019).

WIKEN.ID - Presiden Joko Widodo menunjuk Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putrantosebagai Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.

Penunjukan Terawan sebagai Menteri Kesehatan diumumkan Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/10/2019).

Pengumuman dilakukan tiga hari setelah Jokowi dilantik sebagai presiden di Gedung DPR/MPR kemarin, Minggu (20/10/2019).

Sebelum diangkat menjadi menteri, Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto atau kerap disapa dokter Terawan ini adalah Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto.

Baca Juga: Tak Lagi Jadi Kapolri, Teman Masa Kecil Menteri Dalam Negeri Ini Punya Kesaksian, Jago Berenang di Sungai Hingga Punya Nama Sapaan Khusus

Di dunia kedokteran, nama dokter Terawan sempat menuai kontroversi dengan menerapkan sistem cuci otak bagi penderita stroke.

Sistem cuci otak ala dokter Terawan itu bahkan membuat Majelis Kehormatan Etik Kedokteran memberi rekomendasi sanksi atas pelanggaran etik berat yang dilakukan oleh Mayjen TNI dr Terawan.

Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto diberhentikan dari keanggotaan IDI.

Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prijo Sidipratomo mengungkapkan, pemberhentian sementara dilakukan karena Terawan dianggap melakukan pelanggaran kode etik kedokteran.

Baca Juga: Menyita Perhatian Saat Pelantikan Menteri, Terkuak Kisah Cinta Gista Putri dan Wishnutama, Beda 11 Tahun Hingga Kompak dengan Mantan Istri Sang Suami

Saat itu, Terawan dianggap melanggar Pasal 4 dan Pasal 6 Kode Etik Kedokteran Indonesia.

"Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri," demikian bunyi Pasal 4 Kode Etik Kedokteran Indonesia.

Sementara Pasal 6 Kode Etik Kedokteran Indonesia berbunyi, “Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.”

Dokter Terawan selama ini diketahui sebagai orang yang mengenalkan metode "cuci otak" untuk mengatasi penyakit stroke.

Baca Juga: Jadi Menteri Termuda, Pria Kelahiran Singapura Ini Ternyata Masuk Dalam Daftar Pengusaha Terkaya di Asia Dengan Deretan Penghargaan

Terapi "cuci otak" dengan Digital Substracion Angiography (DSA) diklaim bisa menghilangkan penyumbatan di otak yang menjadi penyebab stroke.

Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie melalui akun Instagram-nya pernah mengatakan, metode "cuci otak" oleh dokter Terawan telah mencegah maupun mengobati puluhan ribu orang dari penyakit stroke.

Salah satu yang pernah menjadi pasien dotket Terawan adalah Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM ( Menko Polhukam) kabinet baru Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Mahfud MD merupakan salah satu mantan pasien Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto.

Baca Juga: Siap Tinggalkan Gojek, Terkuak Ini Sosok Wanita yang Berhasil Luluhkan Hati Calon Menteri Kabinet Jokowi, Bukan Orang Sembarangan!

Mahfud MD mengaku puas dengan terapi otak itu.

"Itu bagus menurut saya sih. Kalau pengalaman saya bagus," ujar MahfudMD di kompleks PTIK, Jakarta, yang dikutip dari Kompas.com.

Mahfud MD mengatakan, saat itu dia ada gejala stroke.

Kemudian, ia menjalani terapi cuci otak dengan dokter Terawan.

Sesinya tidak lama, hanya tiga jam dan bisa langsung pulang.

Baca Juga: Tak Kenak Usia, Pria Personal Trainer Gym Berbadan Atletis Tiba-tiba Terserang Stroke Saat Tidur, Istrinya Ungkap Pemicu yang Hanya Dimiliki Keluarganya

Metode penyembuhannya tidak perlu dirawat.

"Kalau mau stroke biasanya ada ganjalan di saraf otak, itu yang sebabkan stroke. itu dipompa dari kaki ke jantung," kata Mahfud MD.

Mahfud MD pun sempat mendengar belakangan bahwa praktik tersebut belum terbukti secara ilmiah.

"Tapi terserahlah itu urusan mereka," pungkasnya. (*)

Baca Juga: Ditinggal Wafat Istri yang Baru Dinikahi 5 Bulan Karena Kanker, Kisah Cinta Putra Mantan Menteri Ini Bikin Haru dan Menyayat Hati

Editor : Alfa