WIKEN.ID - Masih ingat dengan Khadijah, bayi usia 1 tahun 2 bulan yang minum lima gelas kopi tubruk per hari lantaran orangtuanya?
Khadijah adalah anak pertama pasangan Sarifuddin (17) dan Anita yang tinggal menumpang di rumah kakek neneknya di Dusun Bulung, Desa Tonro Lima,Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Pasangan Sarifuddin (17) dan Anita bekerja sebagai buruh kupas kopra dengan penghasilan maksimal Rp 30.000-Rp 40.000 per hari.
Itu pun jika ada kelapa yang bisa diolah jadi kopra.
Saat bahan bakunya habis ia kerap beristirahat sampai ada bahan baku terkumpul untuk diolah.
Saat musim panen, Sarifuddin kerap beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya lebih besar.
Namun usai panen, ia kembali menekuni profesi sebagai buruh kupas kopra.
Dengan kondisinya ini, pasangan orang tua ini tidak bisa membeli susu untuk bayinya.
Anita mengaku tidak punya banyak pilihan karena alasan pendapatan rumah tangga.
Mengenai kondisi ini, Sarifuddin, Kepala Dusun Bulung, Desa Tonro Lima, Kecamatan Matakali, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, membantah warganya miskin sehingga tidak mampu membeli susu untuk bayinya yang berusia 14 bulan, dan menggantinya dengan kopi tubruk.
Baca Juga: Viral Video Upsize Gelas di Kedai Kopi Ternyata Takaran Isinya Sama Saja, Netizen: S3 Marketing!
Keduanya tinggal di rumah mertua yang dinilainya masih layak. Mertua pasutri ini juga bukan amsuk golongan warga miskin.
Meski mengonsumsi kopi tubruk, pertumbuhan fisik bayi Khadijah seperti anak normal lainnya. Khadijah tergolong anak super aktif.
Meski usianya baru 14 bulan, dia sudah mahir berjalan sendiri, hingga aktif bermain bersama teman-teman sebaya.
Banyak orang mengkritik hingga pemerintah daerah setempat pun akhirnya buka suara.
Kabid Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Polewali Mandar Mandaria Saleh mengaku khawatir dengan kesehatan Khadijah jika terus mengonsumsi kopi.
Ia sendiri tak meminta kedua orangtua Khadijah untuk menghentikan kebiasaan ngopi putri pertamanya ini.
Petugas Dinkes hanya menyarankan agar bisa mengurangi porsi minum kopi setiap hari, termasuk kadar gulanya agar bisa dikurangi.
"Hal ini agar kelak tidak berpegaruh buruk pada pertumbuhan kesehatan fisik sang bayi," kata Mandaria.
Setelah beritanya viral, bantuan dari berbagai pihak mulai berdatangan.
Kini, Khadijah sudah mulai beradaptasi mengonsumsi susu dan biskuit.
Ibu Khadijah, Anita, berjanji tidak akan lagi memberikan anaknya kopi.
Saat ini bantuan tiga kotak susu dari Dinkes Keseharan Polman sudah habis.
“Saya berusaha menyuguhi susu dan makanan pendamping seperti biskuit biar dia bisa melupakan kebiasaan minum kopi,” jelas Anita yang dikutip dari Kompas.com.
Anita mengatakan, Khadijah masih enggan meminum susu dan merengek minta kopi.
Baca Juga: Terpopuler, Ayu Ting Ting Tendang Penyanyi Pria Tertampan Hingga Surat CInta Kakek Cabul ke Anak SD
Namun, ia berusaha membujuk dan tetap memberikan susu dan makanan pendamping untuk Khadijah.
Hal itu dilakukan agar Khadijah terbiasa.
Anita telah mendapat banyak saran dari berbagai pihak agar kebiasan buruk anaknya yang tengah ketagihan kopi bisa segera dihentikan.
Ini karena bisa berdampak buruk pada kesehatan dan pertumbuhan Khadijah.
Jika nantinya susu habis, Anita akan memberikan anaknya air putih.
Kepala Dinas Kesehatan Polewali Mandar, Suaib Nawawi mengatakan, minimnya pengetahuan tentang pola asuh anak menjadi penyebaba Khadijah diberi minum kopi oleh orangtuanya.
Pada anak seusia Khadijah, sangat buruk jika mengonsumsi kopi.
Gejala yang bisa dirasakan salah satunya adalah gangguan saraf hingga bisa menyebakan bocah mengalami osteoporosis.
Bahkan, orangtuanya sempat percaya bahwa meminum kopi untuk anak merupakan kepercayaan tersendiri di dusunnya.
Sarifuddin, Kepala Dusun Bulung, Desa Tonro Lima, Kecamatan Matakali, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mengatakan jika warga setempat memiliki kepercayaan kopi bisa sebagai obat untuk anak-anak.
Kopis bisa mencegah penyakit step atau kejang demam bagi anak yang biasanya mengalami demam tinggi. (*)