WIKEN.ID - Kopi merupakan salah satu minuman yang paling banyak digemari tidak hanya orang tua karena menjadi obat ampuh untuk mengusir rasa kantuk karena kandungan kafein di dalamnya.
Namun, minuman ini sebaiknya kopi tidak dikonsumsi oleh anak-anak, khususnya balita.
Hal ini pun terjadi pada anak pasangan Sarifuddin dan Anita, warga Polewali Mandar, Sulawesi Barat
Anak balitanya yang masih berusia 14 bulan rutin meminum lima gelas atau setara 1,5 liter kopi setiap hari.
Kebiasan menyeruput kopi tubruk ini dilakoni bayi itu sejak ia berusia 6 bulan.
Kedua orangtuanya beralasan terpaksa menyuguhi kopi tubruk ke anaknya lantaran tak mampu membeli susu.
Meski mengonsumsi kopi, pertumbuhan fisik bayi itu seperti anak normal lainnya.
Hadijah tergolong anak super aktif.
Meski usianya baru 14 bulan, Hadijah sudah mahir berjalan sendiri, hingga aktif bermain bersama teman-teman sebayanya.
Anak pertama ini bahkan kerap membuat kedua orangtuanya tak bisa tidur lantaran bocah ini aktif bermain sendiri.
Anita mengaku kerap memberikan kopi karena ia tak mampu membeli susu dengan penghasilan suaminya yang ngepas.
"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu. Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi. Bahkan ia tak bisa tidur kalau tidak minum kopi. Biasa merengek minta kopi sebelum tidur,” jelas Anita yang dikutip dari Kompas.com.
Meski khawatir dengan perkembangan kesehatan anaknya yang minum kopi, Anita mengaku tidak punya banyak pilihan karena alasan pendapatan rumah tangga.
Padahal, anak kecil khusunya bayi yang minum kopi akan merasakan dampak yang kurang baik terhadap dirinya.
Dan hal ini sudah ditunjukan dengan tingkah anak dari pasangan Sarifuddin dan Anita, warga Polewali Mandar ini.
Anaknya tergolong anak super aktif dan sudah mahir berjalan sendiri, hingga aktif bermain bersama teman-teman sebayanya.
Sebuah studi yang dipublikasikan bulan Desember 2010 dalam jurnal Pediatrics menemukan bahwa 75 persen anak-anak yang mengkonsumsi kafein setiap hari, cenderung memiliki waktu tidur yang sedikit.
Bahkan ada beberapa bukti yang menunjukkan, jika memiliki anak yang mengalami gangguan kecemasan, efek kafein justru akan membuat keadaan lebih buruk.
Peneliti juga memperingatkan agar para orang tua tidak membiarkan anak mereka terlalu sering minum minuman berenergi, karena minuman tersebut mungkin memiliki kandungan kafein lebih tinggi dibandingkan soda.
Kafein adalah stimulan yang dapat mengubah nafsu makan anak-anak.
Jika nafsu makan berubah, maka hal ini akan turut mempengaruhi pertumbuhan mereka.
Dr Nicole Caldwell, asisten profesor pediatri, dari Nationwide Children Hospital, Columbus, Ohio mengatakan jika otak anak-anak cenderung sedikit lebih sensitif terhadap kafein ketimbang otak orang dewasa.
Baca Juga: Tak Bisa Lunasi Kredit dan Ingin Beli HP Baru, Ibu Muda Rela Jual Bayi Kembarnya Rp 130 Juta
Dengan demikian dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif.
Bahkan menurutnya, kafein juga bisa membuat seorang anak selalu merasa grogi, cemas, mengalami masalah pada perut dan memicu masalah gangguan tidur.
Ia menambahkan, pada anak-anak yang memiliki masalah irama jantung (aritmia), kafein dapat meningkatkan rangsangan dalam jantung, yang dapat memperburuk aritmia. (*)