WIKEN.ID -Obesitas telah dikaitkan dengan depresi oleh para ilmuwan selama bertahun-tahun, tetapi alasannya selalu agak tidak jelas sampai sekarang.
Penelitian baru yang dipimpin oleh University of Glasgow telah menemukan bahwa hubungannya mungkin dengan lemak makanan yang memasuki otak melalui aliran darah.
Lemak makanan itu kemudian menumpuk dan mempengaruhi sinyal neurologis yang berkaitan dengan depresi.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Translational Psychiatry pada Jumat (10/5) ini dilakukan pada tikus yang diberi diet padat lemak.
Para peneliti mengatakan bahwa setelah pengamatan dekat, mereka mencatat asam lemak jenuh masuk ke dalam otak tikus di wilayah hipotalamus mereka, yang terkait dengan sistem metabolisme dan diketahui terkait dengan depresi.
Asam lemak kemudian mempengaruhi jalur pensinyalan kunci yang diketahui bertanggung jawab atas perkembangan penyakit mental.
Dilansir Independent, Profesor George Baillie, penulis utama studi di Universitas Glasgow,mengatakan bahwa penelitian ituadalah pertama kalinya seseorang mengamati efek langsung dari diet tinggi lemak pada area pensinyalan otak yang berkaitan dengan depresi.
"Penelitian ini mungkin mulai menjelaskan bagaimana dan mengapa obesitas dikaitkan dengan depresi dan bagaimana kita dapat berpotensi merawat pasien dengan kondisi ini lebih baik," kataProfesor George Baillie.
Baillie menjelaskan bahwa banyak dari kita menganggap makanan padat lemak sebagai penghibur dan penambah suasana hati.
Namun, seperti yang dibuktikan dalam penelitian itu, mereka mungkin memiliki efek sebaliknya pada kesejahteraan psikologis kita dalam jangka panjang.
Baca Juga : Tak Perlu Lagi Khawatir Salah Ukuran, Aplikasi Baru Nike Ini Bantu Temukan Sepatu dengan Ukuran Sesuai Kaki
"Tentu saja, jika Anda merasa down, maka untuk membuat diri Anda merasa lebih baik, Anda mungkin memperlakukan diri Anda dengan lebih banyak makanan berlemak, yang kemudian akan mengkonsolidasikan perasaan negatif," tambahnya.
"Kita semua tahu bahwa pengurangan asupan makanan berlemak dapat menyebabkan banyak manfaat kesehatan, tetapi penelitian kami menunjukkan bahwa itu juga mempromosikan disposisi yang lebih bahagia," lanjutnya.
Di Indonesia sendiri,sekitar 25,8 persen penduduk dewasa tergolong obesitas pada 2017.
Menurut Kementerian Kesehatan, jumlahitu naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 10,6 persen.
Penelitian Cut Novianti Rachmi dan Alison Baur menunjukkan bahwa perempuan yang tinggal di daerah perkotaan memiliki peluang obesitas lebih tinggi sebesar 1,26 kali dibandingkan dengan yang tinggal di pedesaan.
Kementerian Kesehatan punmenyebutkan bahwa sekitar 29,7 persen perempuan tergolong obesitas. Sementara pada laki-laki jumlahnya hanya 11,4 persen.
Baca Juga : Viral Petugas SPBU Siram Bensin ke Uang 50 Ribu untuk Buktikan Uang Palsu, Inilah Tanggapan dari BI
Jakarta merupakan provinsi yang penduduk dewasanya paling banyak mengalami obesitas, disusul Aceh, Jawa Timur, dan Riau.
Obesitassendiri dinilaimenjadi salah satu permasalahan kesehatan dunia karena menimbulkan sejumlah penyakit kardivaskular, seperti jantung dan darah tinggi.