Menurut Rudolf Mrazek dalam Engineers of Happy Land (2006), "penari itu diiringi gamelan yang disiarkan tanpa kabel dari Istana Sultan Yogyakarta".
Gusti Nurul datang bersama sang ayah sebagai tamu.
Setelah wajah cantiknya terpampang dimajalah mancanegara, sontak nama dan kecantikannya tersebar luas baik di wilayah Hindia Belanda (sebelum Indonesia) dan di luar Hindia Belanda.
Ia adalah puteri bangsawan sehingga wajib hukumnya untuk bisa memoles diri sebagai wanita bangsawan.
Menurut Martha Tilaar dalam buku Kecantikan Perempuan Timur (1999), Gusti Nurul adalah pakar pengetahuan kosmetik tradisional dan jamu.
Bahkan Martha juga belajar dari sang puteri bangsawan mengenai kosmetik dan jamu.
Karena kecantikannya yang tersohor inilah yang menjadi alasan banyak tokoh-tokoh besar jatuh hati kepadanya dan berminat meminangnya.
Yang pertama adalah Hamengkubuwono IX, Raja Kasultanan Yogyakarta itu pernah bermaksud meminang Gusti Nurul pada saat sang ayah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII (1885-1944) masih hidup.
Namun ia terang-terangan menolak pinangan sang raja Yogyakarta, alasannya karena pantang baginya seorang perempuan berpendidikan tinggi di zaman itu dimadu seperti yang dialami Kartini.