Dibalik Tragedi Kapal Terbalik Waduk Kedung Ombo, Terungkap Fakta Makam di Tengah Waduk, Dimakamkan Pada Tahun 1828!
WIKEN.ID -Lebaran 2021 kali ini menyisahkan duka bagi para wisatawan di Waduk Kedung Ombo Boyolali.
Pasalnya, sebuah perahu wisata air terbalik dan mengakibatkan para penumpang tercebur di tengah waduk.
Peristiwa nahas itu terjadi pada, Sabtu (15/5/2021) siang.
Perahu wisata itu diduga terbalik lantaran kelebihan muatan sehingga keseimbangannya goyah dan terbalik.
Akibatnya membuat beberapa penumpang menjadi korban meninggal dunia.
Rupanya ada fakta mengejutkan lho dibalik tempat wisata Waduk Kedung Ombo.
Bila anda yang pernah berwisata ke sana, mungkin anda menemui sebuah bangunan kecil mengapung di tengah waduk.
Bangunan yang mengapung di tengah waduk itu terdapat di Dusun Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Di samping kanan kiri pintu masuk utama bangunan itu terpasang dua bendera Merah Putih.
Dilansir dari Kompas.com, bangunan kecil itu merupakan makam Nyi Ageng Serang, seorang pahlawan nasional Indonesia.
Nyi Ageng Serang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi.
Ia merupakan anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari Kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang sekarang wilayah perbatasan Sragen - Grobogan.
Letaknya yang mengapung di tengah-tengah waduk membuat makam ini menjadi destinasi wisata religi bagi wisatawan.
Makam tersebut selalu ramai dikunjungi wisatawan setiap Sura dan Muharram.
Mereka tidak hanya datang dari dalam, namun juga dari luar negeri, seperti Belanda.
Wisatawan yang datang ke makam terbuat dari papan kayu berukuran sekitar 12 x 8 meter tujuan utamanya adalah untuk berziarah.
Karena berada di tengah-tengah waduk, maka akses utama menuju makam tersebut harus menggunakan perahu.
Perahu ini telah disiapkan warga di bibir Waduk Kedung Ombo (WKO).
Perjalanan menuju makam membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Menurut warga yang tinggal di sekitar WKO, Harwito, akses masuk ke makam tersebut bisa melalui Sragen, Boyolali maupun Grobogan. Alasannya, makam Nyi Ageng Serang berada di tiga wilayah tersebut.
Wisatawan yang ingin berziarah ke makam Nyi Ageng Serang dari Sragen bisa malalui Dusun Bonolayar, Sumber Lawang.
"Nyi Ageng Serang merupakan keturunan Keraton Mataram Yogyakarta. Dia dulu menyebarkan agama Islam. Berkembang di Sragen, Boyolali dan Grobogan," kata Harwito saat ditemui, Sabtu (7/7/2018).
Diketahui, Nyi Ageng Serang wafat sekitar tahun 1828 dan dimakamkan di kawasan tersebut.
Namun karena ada proyek pembangunan WKO, makam Nyi Ageng Serang kemudian dipindahkan ke Yogyakarta.
Meskipun telah dipindah masih banyak wisatawan yang datang untuk berziarah ke makam tersebut.
Tidak hanya pada siang hari, namun ada beberapa wisatawan yang datang berziarah pada waktu malam hari.
"Setiap Sura dan Muharram makam Nyi Ageng Serang ramai dikunjungi wisatawan yang ingin berziarah. Di sana mereka melakukan tirakatan dan berdoa," kata Ketua RT 027 Dusun Bonolayar, Kecamatan Sumber Lawang, Sragen.
Wisatawan yang datang berziarah tidak dipungut biaya.
Tetapi mereka memberikan uang secara suka rela kepada pemilik perahu yang telah mengantarkannya ke makam Nyi Ageng Serang.
"Sekitar dua tahun lalu ada rombongan wisatawan dari Belanda sekitar 12 orang. Mereka ingin berziarah ke makam Nyi Ageng Serang melalui Dusun Bonolayar, Sragen," kata warga lain, Nur Yanto (25).
Rombongan wisatawan dari Belanda tersebut tiba di makam Nyi Ageng Serang pada siang hari.
Mereka berada di makam tersebut sekitar dua jam.
"Wisatawan mancanegara yang ke sini rata-rata bisa berbahasa Indonesia. Jadi, tidak membuat kita merasa kesulitan ketika mengantar mereka menuju ke makam," kata Yanto. (*)