WIKEN.ID- Kelahiran seorang anak selalu dinantikan oleh keluarganya.
Tentunya perasaan kehilangan seorang anak tidaklah bisa digambarkan dengan kata-kata hanya waktulah yang bisa menyembuhkannya.
Seperti itulah perasaan seorang ibu dari Korea Selatan harus mengikhlaskan kepergian anaknya yang masih kecil.
Pada tahun 2016, anak perempuan Jang Ji-sung, Nayeon yang masih berusia tujuh tahun meninggal karena penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Sebagai seorang ibu mengetahui kenyataan seperti ini merupakan sebuah pukulan keras di hidupnya.
Wajar bila terlalu lama larut dalam kesedihan yang mendalam.
Namun, tiga tahun setelah kepergiaan anak tercintanya,Jang mendapat keajaiban dapat bertemu dengan anaknya di dalam dimensi yang berbeda.
Sebuah stasiun televisi di Korea Selatan, Munhwa Broadcasting Corporation (MBC) mewujudkan keinginan Jang.
Di sebuah acara yang bernama "Bertemu Denganmu", Jang dipertemukan dengan sang anak yang telah meninggal dengan menggunakan teknologi Virtual Reality.
Pertemuan mereka di Virtual Reality sangatlah emosional.
Jang tampak mulai menangis ketika dia melihat sosok Virtual Nayeon, sementara anggota keluarga lainnya, ayah, saudara laki-laki, dan saudari Nayeon - menonton pemandangan tersebut dengan ekspresi muram dan sesekali meneteskan air mata.
"Mungkin itu benar-benar surga" ucap Jang dilansir dari Ajudaily.com, Jumat (7/2/2020).
"Aku bertemu Nayeon, yang memanggilku dengan senyum, untuk waktu yang sangat singkat, tapi ini waktu yang sangat bahagia. Aku pikir aku punya mimpi yang selalu kuinginkan." tambahnya dengan tersedu-sedu.
Meskipun mungkin terbilang singkat, hanya berlangsung dalam beberapa menit saja.
Jang Ji-sung sangat bahagia campur haru, karena ia kembali dapat menyetuh sosok virtual anaknya, berbicara dengannya, hingga ikut bahagia dalam acara ulang tahunnya meskipun hanya berdua.
Hanya kesedihan dan rasa haru yang bisa menggambarkan perasaan dalam video tersebut.
Melansir dari Ajudaily.com, proses pengerjaan sosok virtual Nayeon memakan waktu hingga 8 bulan.
Pertemuan di dunia virutal tersebut setidaknya bisa menghadirkan mereka yang telah dengan orang-orang yang masih mencintainya dan merindukannya.
Kita tak akan pernah tahu, apakah dengan adanya Virtual Reality yang mewujudkan sosok mereka yang telah meninggal dunia dapat membantu mereka yang kehilangan agar tetap tegar, ataukah justru membuat mereka terpuruk dalam kesedihan hingga tak bisa beranjak dari kesedihan?
Hanya Jang Ji-sung yang tahu.
Mungkin kemamjuan teknologi saat ini hanya Virtual Reality yang bisa menjembatani pertemuan antara yang masih hidup dengan yang meninggal.
Tapi mungkin di suatu hari nanti, akan terwujud sosok 'manusia' yang telah meninggal dengan wujud sesosok robot android, robot yang sangat cerdas, yang mungkin bisa diprogram dengan mengambil kenangan dari otak dan pikiran orang-orang yang mengasihinya.
Kita tak pernah tahu. Akan tetapi kemajuan ilmu pengetahuan sulit untuk dibendung.
(*)