Inilah Penjelasan Dokter Spesialis Tentang Manfaat dan Resiko Kerokan

Selasa, 18 Januari 2022 | 17:02
Alodokter

Ilustrasi badan saat dikerok

WIKEN.ID - Kerokan merupakan salah satu terapi alternatif tradisional yang kerap kali digunakan di negara-negara Asia termasuk di Indonesia.

Saat terkena pegal-pegal, batuk, pilek, dan badan tidak enak biasanya dapat diatasi dengan cara kerokan.

Kerokan biasanya menggunakan alat khusus atau koin yang digosokkan langsung dikulit serta diberi minyak khusus.

Terapi tersebut juga ditemukan di Tiongkok, yang biasa disebut gua sha.

Tidak dapat dipungkiri metode tersebut dapat memberikan manfaat untuk kesehatan, namun juga ada resikonya.

Manfaat kerokan dari sisi ilmiah

Secara tradisional, manfaat kerokan dipercaya sangat berlimpah.

Terapi ini dinilai dapat mengatasi nyeri sendi dan nyeri otot.

Selain itu, kerokan pun dianggap baik untuk meningkatkan sistem imun di tubuh dan mengurangi peradangan.

Lalu, bagaimana jika dilihat dari sisi ilmiah?

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membongkar manfaat kerokan bagi kesehatan tubuh, seperti berikut ini.

Melancarkan peredaran darah

Baca Juga: Ramalan 2022, Zodiak Kesehatan Hari Senin 17 Januari: Scorpio Menderita Nyeri di Paha, Aquarius Tingkatkan Energi Positif

Kerokan dinilai dapat membantu memperlancar aliran darah serta proses perfusi darah.

Perfusi adalah proses perpindahan darah dari pembuluh ke jaringan yang dituju.

"Ada beberapa penelitian, kepala migren saat dikerok efeknya lebih besar jika dikerok untuk sembuh. Aliran chi di dalam darah bisa dilancarkan oleh kerokan" ujar Dr. Krisma Kurnia, Sp.PD (dokter spesiali penyakit dalam) saat menjelaskan dalam paparannya di video live instagram akun RS Siloam Yogyakarta.

"Dan juga dapat mengurangi peradangan nyeri otot" tegasnya.

Kerokan juga disebut dapat meningkatkan metabolisme energi di tubuh. Berbagai manfaat kerokan di atas, diuji pada sebuah penelitian skala kecil yang menggali dampak kerokan pada 23 orang partisipan.

Meredakan sakit leher

Manfaat kerokan yang satu ini sudah cukup dikenal secara tradisional dan sekarang sudah diperkuat dengan salah satu penelitian yang dilakukan pada 48 responden yang merasakan sakit leher kronis.

Dari total jumlah partisipan, peneliti membagi mereka menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama mendapat perawatan dengan kerokan.

Sementara itu, kelompok lainnya diobati dengan koyo.

Setelah satu minggu, para peneliti mencatat hasil perawatan masing-masing kelompok.

Hasilnya, kelompok pertama melaporkan lebih sedikit rasa sakit dibandingkan dengan kelompok kedua.

Meringankan sakit kepala migrain

Sakit kepala sebelah atau migrain juga dipercaya bisa diredakan dengan kerokan.

Kesimpulan tersebut diambil dari sebuah penelitian yang dilakukan pada seorang lansia yang menderita migrain.

Setelah dikerok secara teratur selama 14 hari, lansia tersebut merasa bahwa migrainnya berkurang.

Namun, jumlah responden di penelitian ini terlalu sedikit, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk bisa memastikan konsistensi hasil tersebut.

Meredakan gejala perimenopause

Terapi yang satu ini juga dianggap dapat meredakan gejala perimenopause seperti banyak berkeringat, insomnia, dan sakit kepala.

Perlu diingat, masih banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk memastikan manfaat kerokan bagi kesehatan.

Baca Juga: Hobi Makan Nasi Goreng? Jangan Lagi Campur Pelengkap Ini, Sebabkan Penyakit Saraf Hingga Kanker

Secara umum, metode ini sebenarnya aman untuk dilakukan. Meski begitu, bahaya kerokan bisa saja muncul sebagai efek samping yang sulit dicegah, seperti berikut ini.

1. Menyebabkan memar dan bengkak di area yang dikerok

Proses kerokan membuat pembuluh darah kecil di bawah permukaan kulit yang disebut pembuluh darah kapiler, pecah.

Hal ini membuat kulit jadi terlihat memar dan merah setelah terapi ini selesai dilakukan.

"Di bidang kulit resiko dermatitis alergi sangat besar, namun beberapa kasus nyeri leher, kerokan bisa membantu menyembuhkan tapi tetap berhati-hati" ungkap Dr. Indina Sastrini, Sp.DV saat live instagram di Siloam Yogyakarta (16/01/2022).

Pada beberapa orang, pembengkakan juga bisa muncul di area kulit yang dikerok.

Umumnya, memar dan pembengkakan yang terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari atau minggu.

2. Berisiko menimbulkan perdarahan

Kerokan tidak seharusnya menyebabkan perdarahan.

"Asalkan tidak menyebabkan perdarahan hebat dan tidak menekan terlalu kuat" ujar Dr.Indina Sastrini, Sp.DV

Namun, jika tekanan yang diberikan di kulit dilakukan secara berlebihan, maka pecahnya pembuluh darah kapiler tidak hanya akan menghasilkan memar, tapi juga perdarahan minor.

3. Mengakibatkan nyeri

Ada orang yang bisa menahan sakitnya dikerok, ada yang tidak.

Apabila kamu termasuk yang tidak bisa menahan rasa sakitnya, sebaiknya jangan terlalu memaksakan untuk menjalani terapi ini.

4. Tidak semua orang cocok dikerok

Tidak semua orang cocok untuk dikerok.

Sebab, terapi ini berhubungan dengan pecahnya pembuluh darah kapiler.

Kelompok individu dengan kondisi berikut ini, sebaiknya menghindari kerokan:

  • Mempunyai riwayat gangguan medis yang menyerang kulit atau pembuluh vena
  • Mudah berdarah
  • Sedang mengonsumsi obat pengencer darah
  • Menderita deep vein thrombosis
  • Sedang mengalami infeksi, tumor, atau luka yang belum sembuh sempurna
  • Menggunakan implan di organ tubuh, sepergi alat pacu jantung dan defribilator internal
Tips melakukan kerokan dengan aman

Dikutip dari Dr.Indina Sastrini, Sp.DV tips melakukan kerokan supaya aman yaitu

  • Konsultasikan terlebih dahulu ke dokter
  • Risiko infeksi bisa diminimalisir kalau hati-hati
  • Saat kerokan jangan menekan terlalu kuat
Perlu diingat, metode kerokan bukanlah perawatan utama dari kondisi-kondisi di atas.

Maka dari itu, berkonsultasilah dengan dokter apabila kamu merasakan gejala maupun sudah pernah didiagnosis menderita penyakit-penyakit di atas (*)

Baca Juga: Sempat Ngira Masuk Angin Biasa Hingga Minta Kerokan, Ari Lasso Ungkap Soal Penyakit Kanker Langka yang Diidapnya: Pendarahan Berat!

Editor : Alfa

Baca Lainnya