WIKEN.ID - Tidak ada sinyal di rumahnya, tidak mempengaruhi Ahmad Krismon (22) wisudawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, Sumatera Barat mengikuti prosesi wisuda daring yang digelar kampusnya.
Momon, panggilan akrab Ahmad Krismon terpaksa menempuh jalan 2 kilometer menuju perbukitan untuk mendapatkan sinyal di Sungai Betung, Nagari atau Desa Pasia Laweh, Kecamatan Palupuh, Agam, Sumbar.
"Hari ini wisuda. Wisuda dilakukan secara daring, saya terpaksa harus naik ke atas bukit untuk mendapatkan sinyal agar bisa ikut prosesi wisuda," kata Momon yang dikutip dari wawancara Kompas.com).
Menurut wisudawan jurusan D3 Perbankan Syariah, IAIN Bukittinggi ini, untuk menuju bukit dari rumahnya dia menggunakan sepeda motor ke lokasi. Kemudian, naik ke atas bukit dengan jalan kaki sekitar 200 meter.
Tiba di atas bukit, baru kemudian didapat sinyal sehingga bisa mengikuti proses wisuda. "Jaraknya dari rumah ada sekitar 2 kilometer. Saya naik sepeda motor, kemudian jalan kaki sekitar 200 meter naik ke atas bukit," jelas Momon.
Menurut Momon, mengikuti prosesi wisuda dengan memakai baju wisudawan merupakan kebanggan tersendiri sehingga dirinya rela mencari sinyal dan naik bukit. "Tanda kita lulus kuliah itu adalah wisuda.
Memakai baju wisuda ketika lulus adalah dambaan saya. Ini saya lakukan naik bukit agar bisa pakai baju wisuda dan ikuti prosesi wisudanya," jelas Momon.
Bahkan menurut Momon, dirinya juga membawa serta keluarganya naik bukit agar bisa melihat prosesi wisuda langsung melalui video telekonferensi itu. "Iya, ayah, ibu, adik dan kakak dibawa semua. Mereka senang lihat prosesi wisuda. Ini hari bahagia kami," kata Momon.
Momon mengatakan wisuda daring terpaksa dilakukan IAIN Bukittinggi karena kondisi pandemi corona. Padahal, kalau tidak pandemi corona,
dirinya bersama keluarga tentu bisa ikut prosesi wisuda langsung di kampus.
"Tapi ini juga seru, karena wisuda di atas bukit. Kita masih bisa saksikan prosesi wisuda dan dilihat kawan-kawan juga," jelas Momon.