WIKEN.ID -- Selama pandemi Covid-19, jumlah kekerasan terhadap anak dan perempuan di Jawa Timur meningkat dratis.
Hingga Juli 2020, jumlah kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Jatim yang mencapai hampir 700 kasus. Jumlah tersebut dihimpun dari sistem pelaporan online kekerasan perempuan dan anak yang dikembangkan Provinsi Jatim.
Sementara pada tahun 2019, tercatat lebih dari 900 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jawa Timur.
Dikutip dari kompas.com,, jumlah itudisampaikan KepalaDinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Andriyanto saat webinar memperingati Hari Anak Nasional 2020 pada Selasa (21/7/2020). Ia menjelaskan pada tahun 2019, kekerasan pada perempuan dan anak didominasi dengan kekerasan fisik dan psikis.
Namun di saat pendemi, jumlah kasus kekerasan seksual paling tingg lalu menyusul kekerasan fisik dan psikis. "Tapi saat pandemi, kekerasan seksual paling tinggi, persentasenya mencapai 41 persen. Sisanya kekerasan fisik dan psikis," jelasnya. Andriyanto yang dikutip dari kompas.com, menduga peningkatan kasus kekerasan diduga terjadi karena anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
Sementara itu, terpisah seorang bocah berusia 14 tahun berinisial F (14) mengalami nasib tragis. F dihamili dan sebulan kemudian setelah melahirkan, bocah kelahiran tahun 2006 itu dibawa kabur oleh seorang duda bernama Wawan (41).
Dkutip dsr wawancara i TribunJakarta.com (Grup Tribunnews.com), ibunda F, R (35) mengatakan putrinya tak kunjung kembali saat membawa motor Honda Vario B 4017 BUL dan uang Rp 20.000 untuk membeli makan pada Rabu (29/7/2020) malam.
"Malam itu kita nyari ke semua tempat di Cengkareng termasuk ke hotel-hotel juga tapi sampai jam 3 pagi juga enggak ketemu. Akhirnya besok paginya saya buat laporan ke Polsek Cengkareng kalau anak saya meninggalkan rumah," kata R pada Selasa (11/8/2020).
"Tapi sampai sekarang belum ada hasilnya," imbuh R yang dikutip dari Tribun Jakarta.
R mengatakan, F dan Wawan bisa saling mengenal lantaran mereka kala itu bertetangga.
Anak terakhir wawan, L (12), merupakan teman bermain F yang telah putus sekolah.
"Kita bukan keluarga, tetangga, tapi saat itu sudah angap pelaku kayak saudara karena anak saya itu sepantaran dengan dia. Jadi sering main ke rumahnya," kata R.
Namun, penilaian baik keluarga R terhadap Wawan ternyata salah.
Wawan malah melampiaskan nafsu bejatnya kepada F yang notabene terpaut usia 27 tahun.