Kasus Covid-19 di Jepang Berimbas Bisnis Kafe Internet, Pemerintah Bergerak Cepat dalam Menampung Tunawisma 'Dadakan'

Jumat, 17 April 2020 | 07:30
The Independent

Ilustrasi tunawisma

WIKEN.ID -Pandemi wabah Covid-19 berimbas pada sektor ekonomi.

Tak hanya dirasakan di negara berkembang, tetapi juga dirasakan di negara maju seperti Jepang.

Banyak kafe internet di beberapa kota besar terpaksa harus berhenti beroperasi dan menutup usahanya akibat dampak dari pandemi wabah Covid-19.

Ribuan penghuni kafe internet (warnet) di Jepang terpaksa hidup menggelandang tanpa tempat tinggal.

Baca Juga: Ngaku Latihan Pramuka, Wanita Bersuami Ini Ketahuan Selingkuh di Hotel dengan Oknum Polisi Nakal, Bukannya Menyesal Sang Istri Malah Minta Ini dari Sang Suami

Tentu saja hal ini menimbulkan permasalahan baru bagi Negara Sakura.

Untuk menanggulangi permasalahan ini, Otoritas Pemerintah Jepangtelah mencari berbagai solusi untuk menampung mereka yang menjadi tunawisma 'dadakan'.

Perlu diketahui kafe internet di Jepang telah menjadi primadona bagi mereka yang menginginkan 'tempat tinggal' dengan biaya lebih murah.

Baca Juga: Karma Dibayar Kontan, Pemain Sepak Bola Ini Gagal Merumput di Amerika Usai Ketahuan Selingkuhi Bom Seks yang Melegenda

Biaya yang dikeluarkan untuk memyewa atau membeli rumah di Jepang sangat tinggi.

Ada sebagian masyarakat Jepang lebih memilih untuk menyewa sebuah ruangan kafe internet yang diubah menjadi tempat tinggal.

Jangan dibayangkan jika kafe internet di Jepang seperti warnet-warnet yang pernah kita temui di pinggir jalan.

Beberapa kafe internet di Jepang memiliki fasilitas senyaman kamar pribadi dan buka 24 jam.

Baca Juga: Ada Voucher Rp 100 Ribu Untuk 200 Ribu Driver GoJek, Ini Cara Klaim Voucher Belanja di AlfaMart

Layaknya kamar kos yang memiliki fasilitas lengkap.

Maka jangan heran kalo ada beberapa orang di sana menjadikan kafe internet sebagai hunian mereka.

Sayangnya bisnis kafe internet ini terpaksa harus tutup karena ada anjuran dari Pemerintah Jepang mengenai pemutusan rantai penyebaran virus corona.

Walaupun Jepang adalah salah satu negara dengan jumlah tunawisma terendah di dunia.

Baca Juga: Sekalipun Belum Tenar Seperti Glenn Fredly, Penyanyi Jebolan Ajang Pencarian Bakat Ini Titipkan Pesan Terakhirnya yang Menyayat Hati

Namun di ibukota Tokyo telah dilaporkan lebih dari 4.000 penghuni kafe internet terpaksa harus mengungsi.

Mengatasi permasalahan,pemerintah setempat telah mengupayakan penyediaan kamar hotel dan beberapa kebijakan lain untuk para pengungsi.

Sementara di Saitama, pihak berwenang juga akan menggunakan gedung olahraga untuk menampung 200 orang pengungsi kafe internet.

Baca Juga:Numpang Ke Hotel Karena Rumahnya Kebanjiran, Pemuda Ini Menangis Sampai Pingsan Saat dengar Suara Desahan Pacarnya di Kamar Sebelah

Pemerintah daerah Tokyo mengatakan para pengungsi bisa datang langsung ke akomodasi sementara yang telah ditunjuk.

Namun faktanya tidak sesederhana kelihatannya, karena ternyata masih banyak pengungsi yang malah ditolak untuk mendapat akomodasi dengan alasan administrasi.

Negara Jepang memiliki jumlah infeksi virus corona yang relatif kecil dibandingkan dengan negara lain.

Sebanyak 6.748 kasus telah dikonfirmasi dan 108 kasus kematian terkait virus corona per hari Minggu (12/4).

Baca Juga:Iis Dahlia Blak-blakan Ungkap Rahasia Tetap Hot di Ranjang Meski Sudah 18 Tahun Menikah, Andhika Pratama Tak Kuasa Mendengarnya!

Tetapi belakangan juga ada kekhawatiran baru, dikarenakan baru-baru ini ada lonjakan kasus di Tokyo yang diprediksi dapat menyebabkan wabah berskala besar.

Perdana Menteri Shinzo Abe telah mendeklarasikan keadaan darurat selama sebulan kedepan untuk daerah Tokyo, Osaka dan lima prefektur lainnya.

Gubernur daerah setempat kini diizinkan untuk menutup sekolah dan bisnis di daerahnya.

Namun tidak ada otoritas hukum resmi yang memerintahkan warga untuk tetap tinggal di rumah.(*)

Baca Juga: Terlahir Sebagai Laki-laki, Bocah Ini Selalu Berharap Bisa Menjadi Seorang Gadis, Keinginannya Terkabul dan jadi Transgender Termuda di Dunia

Editor : Alfa

Sumber : BBC