WIKEN.ID-Virus corona membuat Eva Rahmi Salama menanggung kesedihan yang amat mendalam.
Kedua orangtuanya meninggal lantaran virus tersebut dan hanya dalam waktu berselang dua hari.
Dilansir dari TribunWow, Eva Rahmi Salama adalah salah satu anak korban meninggal karen virus corona dan sempat membagikan kisahnya di media sosial.
Kisah ini menjadi viral lantaran hanya selang dua hari, Eva Rahmi menjadi yatim piatu lantaran virus yang menginfeksi kedua orangtuanya.
Mirisnya lagi, ia tak memiliki kesempatan untuk melihat wajah kedua orangtuanya untuk terakhir kalinya.
Lantaran prosedur pemakaman korban meninggal karena virus corona yang sangat ketat.
Baca Juga: Amankah Skincare dengan Embel-embel Bahan Natural Untuk Kulit? Ini Penjelasannya
Tidak seorangpun walaupun anggota keluarga yang dapat bersentuhan langsung dengan jenazah bahkan petugas medis harus menggunakan APD dan jenazah harus dibungkus plastik saat dimakamkan.
Pengalaman yang menyesakkan dada ini dibagikan oleh Eva Rahmi Salama sendiri dalam tayangan program Mata Najwa pada Rabu (26/3/2020) kemarin.
Saat itu, Eva Rahmi membenarkan bahwa foto yang beredar di media sosial adalah dirinya yang tengah berada di pemakaman sang ibu.
Dalam foto tersebut, Eva hadir di pemakaman sang ibu bersama dengan 2 anggota keluarganya yang lain
Tidak terlihat anggota keluarga lainnya atau pelayat yang datang di prosesi pemakaman tersebut.
Hal ini lantaran Eva Rahmi memang sengaja meminta agar sanak saudara, keluarga atau teman-temannya tidak datang melayat.
Eva Rahmi mengaku jika hal tersebut ia lakukan, orang lain yang ikut melayat bisa ikut terpapar virus Corona.
"Iya, jadi sebenarnya saya melarang saudara-saudara saya dan teman-teman saya datang ke pemakaman mama karena saya khawatir mereka bisa tertular.
Jadi tanggung jawab saya kalau sampai ada yang tertular," ujar Eva Rahmi.
Lebih lanjut, Eva Rahmi mengaku sempat cemas dan waswas saat melihat prosedur prosesi pemakaman ibundanya.
Pasalnya, pada saat menguburkan sang ibunda, Eva Rahmi melihat tak ada petugas medis dengan APD yang ikut mendampingi.
Terlebih lagi 7 tukang gali kubur yang ada dilokasi hanya mengenakan pakaian dan APD seadanya, tidak seperti yang ia bayangkan.
Kendati jenazah ibunya telah dibungkus plastik kedap dan dimasukkan ke dalam peti mati dan dikubur tak lama dari waktu kematiannya, kekhawatiran itu tetap ada.
"Pas di pemakaman, saya pikir ada petugas medis yang pakai baju APD, ternyata tidak. Hanya ada tukang gali kubur sekitar 7 orang kalau tidak salah.
Mereka (tukang gali kubur) hanya pakai baju seadanya dengan masker wajah dan sarung tangan, itu saja. Makanya saya takut mudah-mudahan mereka tidak terpapar," jelas Eva Rahmi.
Hal yang membuat Eva Rahmi semakin sedih adalah fakta bahwa ia tidak bisa melihat wajah kedua orang tuanya untuk yang terakhir kalinya.
Jangankan melihat wajah kedua orang tuanya, lokasi makam sang ayah yang juga meninggal akibat virus Corona, Eva Rahmi tak diberitahu.
Melansir tayangan Mata Najwa, Eva Rahmi mengaku sama sekali tidak tahu apakah ayahnya dimakamkan dengan prosedur pemakaman yang sama dengan sang ibu atau tidak.
Pasalnya, sang ayah dimakamkan beberapa jam lebih lambat dari waktu kematiannya.
Padahal menurut prosedur yang dikeluarkan oleh pemerintah, pemakaman jenazah positif terinfeksi Covid-19 hanya diberi waktu 4 jam dari waktu kematian.
"Enggak, sama sekali enggak tahu. Kalau untuk Papa itu meninggal setengah empat tapi dikuburnya jam 7 (keesokan) pagi. Jadi sebenarnya itu sangat beresiko sekali," ungak Eva Rahmi.
Selain itu, Eva Rahmi mengaku sempat tak mendapatkan kejelasan terkait kematian sang ayah.
"Dan saya juga engga tahu, di mana papa saya akan dikuburkan. Mereka pun tidak tahu, mereka bilang itu akan dihubungi dari pihak Dinkes. Saya juga dilarang keluarga hadiri pemakaman Papa karena resikonya tinggi," lanjutnya.
Yang paling menyedihkan bagi Eva Rahmi hingga ia tak lagi mampu menahan air matanya adalah fakta bahwa ia tak bisa melihat wajah kedua orang tuanya untuk yang terakhir kalinya.
Eva Rahmi menjelaskan bahwa meskipun pahit, ia harus mengikuti prosedur standar yang telah ditetapkan pemerintah untuk melindungi dirinya dan anggota keluarganya yang lain.
"Mereka naruh (jasad sang ayah) di ruang jenazah, saya tak boleh mendekat karena resiko paparannya lebih tinggi.
Selama dirawat pun saya sudah minta untuk bisa melihat mereka, tapi tidak dikasih.
Ya maka dari itu saya ngerasa nggak bisa ngapa-ngapain. Enggak bisa lihat muka mama papa untuk yang terakhir kalinya," pungkas Eva Rahmi dengan air mata berlinang.(*)