Gejala yang Dialami Kurang Signifikan, Rumah Sakit di Jepang Tolak Warga yang Ingin Tes Virus Corona, Otoritas Kesehatan: Bisa Sembuh Bahkan Tanpa Disadari

Selasa, 03 Maret 2020 | 11:20
Kompas.com

RS Jepang

WIKEN.ID - Selain Korea Selatan, Jepang juga memiliki jumlah kasus infeksi virus corona yang cukup banyak di wilayah Asia dan di luar China.

Hingga saat ini, total kasus infeksi corona di Negeri Matahari Terbit itu sudah mencapai angka 274 kasus, berdasarkan data yang disajikan oleh Johns Hopkins CSSE per hari ini,Selasa (3/3/2020).

Banyaknya jumlah kasus yang ditemukan membuat masyarakat Jepang takut dirinya juga menjadi salah satu yang terinfeksi penyakit Covid-19 ini.

Baca Juga: Bikin Melaney Ricardo Nangis Hingga Ogah Satu Panggung Selama Bertahun-tahun, Candaan Deddy Corbuzier Seperti Ini yang Jadi Penyebabnya!

Baca Juga: Ngambek Ogah Pakai Baju Terbuka, Arsy Marah ke Ashanty: Masa Anak Kecil Gak Diajarin Pakai Baju Ketutup Sih

Oleh karena itu, mereka pun berbondong-bondong datang ke rumah sakit untuk mengecek kondisi kesehatannya.

Namun seperti dikutip dari Japan Times, sejumlah institusi kesehatan di Jepang menolak masyarakat yang datang untuk memeriksakan kondisinya yang khawatir terinfeksi corona.

Mereka dilempar dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain.

Ahli menyebut hal ini dikarenakan adanya ketentuan pengujian yang begitu ketat namun tidak jelas sehingga berujung membingungkan petugas medis.

Misalnya yang dialami seorang pekerja pemerintahan berusia 30 tahun yang tinggal di Tokyo.

Ia mengunjungi rumah sakit, karena mengalami demam hingga 39 derajat pada 17 Februari lalu.

Namun, ketika ia menyebut baru saja mengunjungi Taiwan dia disarankan untuk pergi ke pusat konsultasi Covid-19.

Setelah sampai di tempat tersebut, disebutkan orang yang baru mengunjungi Taiwan tidak memenuhi syarat untuk dilakukan tes.

Ia pun kemudian ditolak oleh lebih dari 2 rumah sakit lain yang dikunjungi dengan alasan tidak adanya fasilitas yang memadai.

Akhirnya, ia menemui dokter di rumah sakit umum untuk melakukan rontgen paru-paru. Barulah hasilnya diketahui bahwa semuanya baik-baik saja.

Pengalaman lain dialami oleh seorang karyawan pabrik berusia 29 di Tokyo.

Ia mendatangi pusat konsultasi virus corona setelah mengalami demam tinggi hingga 39 derajat pada 12 Februari lalu.

Baca Juga: Ngambek Ogah Pakai Baju Terbuka, Arsy Marah ke Ashanty: Masa Anak Kecil Gak Diajarin Pakai Baju Ketutup Sih

Baca Juga: Artis Cantik Ini Dulu Menggebu Nikahi Suami Orang, Intip Penampilan Mantan Suaminya Kapok Tak akan Lagi Mencari 'Sosok' Sepertinya

Ia juga merasa lesu dan mengalami diare.

Ditambah lagi sebelumnya ia memiliki kontak dengan orang yang baru saja berkunjung ke Wuhan, China, pusat persebaran virus.

Namun, ia diminta untuk mengunjungi rumah sakit, karena dinilai tidak terlibat kontak intens dengan seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan tersebut.

Saat mengunjungi rumah sakit di Tokyo, ia kembali ditolak.

Hingga akhirnya ia menemui dokter di rumah sakit khusus infeksi.

Reaksi rumah sakit Menyikapi banyaknya penolakan rumah sakit terhadap masyarakat yang ingin mengecek kesehatan, Pemerintah Metropolitan Tokyo menyebut institusi medis telah bereaksi secara berlebihan.

Reaksi itu terjadi karena takut risiko infeksi di rumah sakit.

"Sepertinya ada kebingungan di antara petugas medis, karena kata-kata yang disebutkan dalam kriteria yang bisa mendapatkan tes virus," kata salah seorang petugas.

Dokter dan kepala Lembaga Penelitian Tata Kelola Medis, Masahiro Kami, mengaku melihat banyak pasien yang curiga terinfeksi virus corona tidak bisa menjalani tes kesehatan, karena gejala yang ditunjukkan tidak begitu signifikan.

"Kriteria yang ada bahwa hanya orang-orang dengan gejala parah yang dapat dites itu tidak sesuai. Pemerintah gagal memahami perspektif masyarakat yang takut memiliki infeksi," kata Kami.

Merujuk keterangan Kementerian Kesehatan, tes hanya bisa dilakukan pada dua kelompok yang ditentukan.

Pertama, mereka yang memiliki kontak langsung dengan pasien positif corona.

Kedua adalah mereka yang baru saja bepergian ke wilayah terinfeksi di China dan menunjukan gejala demam setidaknya 37.5 derajat celcius.

Selain itu pasien tersebut bisa dicek apabila memiliki gejala menyerupai pneumonia yang membutuhkan perawatan.

Baca Juga: Persiapan Pernikahannya Hampir Rampung, Jessica Iskandar Kaget Temukan Foto Wanita Lain dalam Apartemen Richar Kyle: Ini sama Siapa Sih Cewe-cewe?

Baca Juga: Taklukan Luna Maya dan Sophia Latjuba, Pakar Mikro Ekspresi Sebut Ariel dengan Sebutan Ini Hingga Samakan dengan David Beckham

Akan tetapi, keputusan akhir apakah tes akan dilakukan atau tidak akan diserahkan pada penilaian keseluruhan yang diambil oleh dokter yang menangani.

Gejala-gejala infeksi virus corona memang sulit untuk dibedakan dengan penyakit yang lain.

Selain itu, disebutkan pula sebagian besar infeksi tidak akan berujung parah.

Otoritas kesehatan di Perfektur Chiba menyebut banyak orang yang terinfeksi virus ini bisa sembuh bahkan tanpa mereka sadari.

(*)

Sebagian artikelini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rumah Sakit Jepang Tolak Cek Warga yang Ingin Tes Virus Corona, Ini Alasannya... "

Editor : Pipit