WIKEN.ID - Sebuah mitos lama tentang kencan yang banyak beredar adalah jika ingin mendapatkan pasangan, maka pergilah ke bar.
Ada banyak cara untuk menemukan wanita demi untuk mendapatkan kenangan hingga bisa berjodoh.
Wanita bisa Anda temukan di mana saja.
Yang perlu dilakukan adalah membuka mata dan hati dengan lebar.
Namun, ada ritual di sebuah daerah tentang bagaimana mereka mencari jodoh.
Ritual mencari jodoh dan memilih calon suami ini terjadi di suku Kreung di Kamboja.
Di era yang telah maju seperti sekarang ini, ternyata seks bebas di kalangan masyarakat suku masih terjadi.
Ritual ini merupakan bagian dari tradisi wanita di suku Kreung di Kamboja untuk memilih pasangannya.
Biasanya mereka akan memilih pasangan setelah 'berhubungan intim' dan merasa cocok dengan lelaki itu.
Hubungan mereka dapat diputuskan begitu saja jika wanita itu tidak menginginkan pria itu atau berpaling ke pria lain.
"Tidak ada yang menyalahkan mereka jika mereka akhirnya menikah atau hanya pergi setelah berhubungan intim. Itu tergantung pada hatimu," kata Vuy, seorang gadis Kreung, dilansir oleh Broadly.vice.com.
Kreungs adalah suku-suku yang lokasinya terpencil di timur laut Kamboja yang sangat liberal dan terbuka untuk cinta dan seksualitas.
Ketika seorang gadis mencapai pertengahan remaja, orangtuanya membangun sebuah pondok cinta kecil dan mendorongnya untuk bertemu dengan anak-anak lelaki yang berbeda.
Biasanya ayah sang gadis itu akan membuat gubuk untuk tempat bercinta bagi anaknya yang rata-rata berusia 9-13 tahun.
Mereka diberikan waktu menghabiskan malam bersama sampai dia menemukan cinta sejatinya dengan siapa dia ingin menikah.
Para orang tua percaya bahwa ritual ini adalah cara terbaik untuk menemukan suami terbaik untuk anak perempuan mereka.
Mereka percaya, pernikahan seperti itu adalah hubungan jangka panjang dan penuh cinta.
Gadis-gadis Kreung yakin tentang kehidupan seksualitas mereka dan tahu betul bagaimana menghadapi anak laki-laki.
Mereka tahu betul apa yang mereka inginkan ketika menjalin hubungan dengan anak laki-laki.
Seorang wanita bernama Nang Chan (17) mengatakan bahwa gubuk cinta menciptakan wanita yang kuat.
Dan gubuk ini membantu wanita menemukan cinta sejatinya.
"Pondok cinta memberi kita kebebasan dan merupakan cara terbaik mengetahui siapa yang benar-benar kita sukai," katanya.
Di zaman modern dengan angka perceraian dan perkosaan semakin meningkat dan biasa terjadi di masyarakat di negara lain, komunitas warga Kreungs ini menikmati masyarakat tanpa perceraian dan perkosaan.
Anak-anak di desa Kreung tidak memiliki sikap agresif.
Mereka diajari sikap menghormati wanita karena dianggap bisa mempengaruhi peternakan hewan keluarga dan hal lainnya.
"Ketika anak laki-laki tidur sepanjang malam, jika aku tidak ingin mereka menyentuhku mereka tidak akan benar. Kami hanya bicara dan tidur,” kata Nang Chan.
"Jika aku punya pacar istimewa dan kami saling mencintai, aku akan dekat dengannya. Tetapi jika saya berhenti mencintainya dan menyukai pria lain, saya akan berhenti berhubungan intim dengan mantan saya," katanya.
"Saya sudah tinggal di gubuk sejak usia 15 dan sejak dan sudah ada 4 pacar istimewa. Saya tidak menghitung berapa banyak orang yang datang untuk menginap. Ada 2-3 orang di malam hari," katanya.
Sekarang LSM yang beroperasi di wilayah tersebut menyebarkan kesadaran tentang seks aman dan penggunaan kondom. (*)