WIKEN.ID - Ria Irawan meninggal dunia pada hari Senin (6/1/2020) sekitar pukul 04:00 WIB setelah dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
Sebelum dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, jenazah Ria Irawan dibawa ke rumah duka di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, untuk disemayamkan.
Ria Irawan pun menjalani pengobatan kanker sejak September 2019 lalu.
Namun, kondisi Ria semakin memburuk hingga dirinya menghembuskan napas terakhir.
Awal mula sakitnya Ria Irawan ini bermula pada tahun 2009.
Saat itu diketahui ada mioma di rahimnya dan akhirnya didiagnosis kanker endometrium atau kanker dinding rahim.
"Saya sudah berbiasa melihat kehidupan survivor kanker sehingga ketika saya didiagnosis (menderita) kanker, bagi saya, (itu) bukan sesuatu yang mengagetkan," demikian pernyataan yang pernah diungkapkan Ria, 10 Januari 2016, seperti dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 18 Januari 2015.
Namun, kala itu Ria Irawan menghindari untuk melakukan operasi pengangkatan rahim.
Hingga kemudian ia didiagnosis menderita kanker endometrium atau kanker dinding rahim.
Pada 30 September 2014, Ria Irawan menjalani operasi pengangkatan rahim.
Dokter juga melakukan biopsi dan diketahui bahwa kanker di tubuh Ria sudah menyebar ke kelenjar getah bening pada bagian panggul.
Indung telur Ria Irawan turut diangkat bersama dengan rahimnya.
“Ternyata kelenjarnya aktif. Jadi kankernya masih endometium, tapi metastasenya (penyebaran) getah bening. Makanya (stadium) 3 C. Kalau udah stadium 4, itu (penyebaran) di otak, tulang,” kata Ria, yang dikutip dari Kompas.com, 6 Januari 2015.
Ria Irawan bertekad melawan kanker getah bening yang dideritanya.
Ria Irawan menjaga semangatnya itu dengan berkaca pada sang tante yang juga menderita kanker bisa bertahan hingga puluhan tahun dan yakin hal serupa terjadi pada dirinya.
Tahapan yag cukup berat selama fase pegobatan dilalui Ria Irawan dengan selalu menjaga semangatnya.
Misalnya, ketika fase kemoterapi.
Ria Irawan menghilangkan rasa yang tidak enak dengan makan.
”Jadi, dikemo sambil makan nasi uduk atau lontong sayur. Soalnya kalau dibawa diam, sedih juga, baca juga enggak enak. Yang paling enak buat saya, ya, dipakai makan,” kata Ria Irawan.
Ria Irawan pun mengaku berat badannya bertambah 3 kilogram.
Meski kemoterapi menimbulkan ketidaknyamanan, Ria Irawan sangat menyadari kemoterapi membantu pasien agar sel kanker tak menyebar ke organ tubuh lain.
“Kalau enggak kemo, nanti kanker lari ke tulang, paru- paru, sampai otak. Akan lebih sulit penyembuhannya. Jadi kanker kronis,” kata Ria Irawan pada tahun 2015.
“Kalau kanker enggak bisa didoain cepat sembuh, deh, tapi doain enggak menjalar saja,” kata dia.
Sebagai seorang penyintas kanker, Ria Irawan tak hanya memupuk semangat untuk dirinya sendiri.
Ria Irawan bahkan turut memberikan semangat kepada mereka yang juga menjalani kemoterapi.
Sehari-hari, Ria Irawan masih menjalankan aktivitas, dari shooting hingga diving.
Baca Juga: Detik-detik Tangisan Sule Pun Pecah Usai Angkat Keranda Jenazah Mantan Istrinya
Ria Irawan pernah mengatakan, kisah seputar kanker selalu terlalu ”drama” seperti di film-film.
Ria Irawan pernah berperan dalam dua film tentang kanker, Bila Saatnya Tiba dan Jangan Ambil Nyawaku.
Selama 2 tahun, Ria Irawan mengaku sudah 12 kali kemoterapi, 25 kali radiasi, dan dua kali mengalami kerontokan rambut sehingga harus botak. (*)