WIKEN.ID-Masih ingat Martunis, bocah yang selamat dari peristiwa tsunami Aceh 15 tahun yang lalu?
Ia berhasil diselamatkan petugas penyelamat dari terjangan air bah.
Seperti korban lainnya, Martunis juga kehilangan keluarga dan harta benda.
Namun nasib anak ini tergolong baik karena ia akhirnya menjadi anak angkat Cristiano Ronaldo.
Mega bintang Juventus ini merasa iba lantaran ketika ditemukan, Martunis sedang mengenakan kaus seragam Tim Nasional Portugal bernomor punggung 10 milik Rui Costa.
Alhasil bocah yang saat itu berusia 7 tahun itu menjadi anak angkat Cristiano Ronaldo.
Sebelumnya, dia tinggal di Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.
Martunis lahir di Banda Aceh, 2 Mei 1997.
Pada 2008, Martinus bersekolah di kelas 1 SMPN 8 Banda Aceh.
Saat ini, ia bermain di Portugal setelah direkrut klub asal Portugal, Sporting Lisbon, untuk masuk tim akademi U-19.
Martunis menjadi sosok yang sangat bersyukur dan beruntung bisa selamat dari peristiwa tsunami Aceh sekaligus diangkat menjadi anak oleh Cristiano Ronaldo.
Bagi Martinus, peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 menjadi bencana yang tak akan terlupakan.
Remaja yang selamat dari bencana gempa dan tsunami itu kehilangan banyak teman dan keluarga.
Namun, kesedihannya sedikit terhibur oleh bintang sepak bola Cristiano Ronaldo.
Martunis termasuk korban yang selamat dari tsunami.
Nasib Martunis berubah ketika mendapatkan kunjungan dari Cristiano Ronaldo.
Remaja asal Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh yang lahir 10 Oktober 1997 itu selalu ingat tanah kelahirannya.
Dia juga sangat ingat jelas akan bencana tsunami Aceh.
Melalui video yang diunggah di Youtube miliknya, Martunis menanggapi pertanyaan dari seorang netizen yang ingin tahu kronologis bertahan hidup ketika bencana tsunami melanda.
Martunis pun menjawabnya dengan pembukaan mengenai perjuangan hidup.
Baginya, berusaha untuk bertahan hidup itu tidaklah mudah.
"Berusaha hidup itu tidak mudah dengan kita berjuang untuk masa depan, jadi yang kita perjuangkan itu adalah nyawa," kata Martunis.
Ketika kejadian tsunami, Martunis berusaha bertahan hidup dengan menaiki kasur, bangku sekolah, dan mengambil kasur kembali.
"Jadi saya pas kejadian tsunami pertama saya berusaha untuk naik ke atas kasur, kemudian kasur itu tenggelam, lalu saya berusaha untuk naik di atas bangku sekolah bangku kayu," kenangnya dengan sepenuh hati.
"Setelah itu bangku itu juga tenggelam, lalu saya ambil kasur lagi, tapi kasur itu juga tenggelamg," tambahnya.
Kemudian Martunis tak tersadarkan diri lalu tiba-tiba dia berada di atas pohon yang besar.
"Terus kemudia saya tiba-tiba sudah berada di pohon yang besar, seperti kita tidur bangun-bangun tiba-tiba berada di atas ini itu," terangnya.
Baca Juga: Upaya Penyelamatan Paus Terdampar di Ujungmanik, Memakan Waktu 3,5 Jam
Martunis yang selamat secara terkatung-katung di lautan selama 21 hari pascatsunami Aceh 26 Desember 2004.
Martunis yang kehilangan ibu, kakak, dan adiknya saat tragedi tsunami Aceh tentu sangat merindukan keluarganya yang tinggal di Aceh tepatnya di Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.(*)