WIKEN.ID-Ratna Sarumpaet baru saja bebas dari kasus hoaks yang menjeratnya.
Ia bebas setelah kurang lebih mendekam di balik jeruji besi selama satu tahun.
Ketika kasus tersebut mencuat, publik dibuat heboh lantaran sebelumnya beredar pengakuan bahwa ia dipukuli orang tak dikenal di bandara hingga babak belur.
Padahal yang terjadi sebenarnya adalah ia menjalani operasi plastik di sebuah klinik kecantikan.
Setelah kebenaran terungkap, Ratna Sarumpaet dijerat dengan kasus berita hoaks dan semenjak itu banyak orang yang tertarik mencari tahun bagaimana kehidupannya di masa lalu.
Aktivis yang satu ini memiliki empat orang anak dan salah satunya adalah aktris ternama, Atiqah Hasiholan.
Wanita berdarah Batak ini menikah dengan seorang saudagar asal Arab, yakni jurangan tekstil ternama di Tanang Abang, Jakarta Pusat.
Buah cinta dari pernikahan Ratna dan Ahmad Fahmy Alhady melahirkan empat orang anak, Atiqah Hasiholan, Mohammad Iqbal Alhady, Fathom Saulina, Ibrahim Alhady.
Sayangnya rumah tangga Ratna dan Fahmy harus kandas pada tahun 1985, dan pernikahan tersebut hanya berlangsung selama 13 tahun.
Dan yang menarik mengenai kehidupan Ratna Sarumpaet tak lain adalah tentang suaminya yang merupakan penguasa hiburan malam kala itu.
Ya, Ahmad Fahmy Alhady merupakan saudagar kaya keturunan Arab yang berhasil mendirikan diskotek pertama dan tertua di Jakarta.
Diskotek tersebut diberi nama Tanamur, berlokasi di Jalan Tanah Abang Timur No.14, Jakarta Pusat.
Tanamur resmi berdiri pada 12 November 1970 silam oleh mantan suami Ratna Sarumpaet.
Surat perizinan diberikan Gubernur DKI Jakarta yang dijabat oleh Ali Sadikin waktu itu.
Alasannya sangat sederhana, apalagi kalau bukan investasi merauk keuntungan sebesar-besarnya dari hiburan malam yang menjamur.
Bang Ali juga mengatakan, hiburan malam merupakan syarat dan keharusan Jakarta untuk menjadi sebuah kota metropolitan.
“Tentu saja sebelum surat izinnya diteken Gubernur Haji Ali Sadikin, lokasinya ditilik-tilik dulu sesuai apa tidak dengan prinsip, jauh dari sekolah, tempat ibadah dan rumah kediaman,” tulis Tempo, 14 Februari 1976.
Penasaran seperti apa Tanamur?
Tanamur hanyalah rumah tua yang disulap menjadi tempat paling nyaman dan menyenangkan.
Di dalam kamu akan disuguhi dengan alunan musik dari piringan hitam dan kaset.
Fahmy sendiri mengadopsi konsep tempat hiburan malam dari Amerika, Jerman dan Paris.
Sering kali kamu bisa mendengarkan musik yang diputar oleh DJ (disc jockey).
Menikmati musik sambil berjoget sesuka hati di tengah ruangan tanpa perlu khawatir melanggar aturan.
Hampir 60% pengunjung Tanamur adalah orang asing dan anak muda.
Mungkin hal ini karena arsitektur yang Fahmy suguhi untuk para tamunya.
Baca Juga: Upaya Penyelamatan Paus Terdampar di Ujungmanik, Memakan Waktu 3,5 Jam
Bangunan Tanamur seperti gabungan antara masjid dan gereja, bercat hitam dan ada pohon kaktus besar di perkarangan.
Pintunya bercorak klasik dengan sentuhan warna merah.
Saat menuruni anak tangga, kamu langsung disuguhi lantai dansa lengkap dengan sebuah bar yang terbuat dari kayu.
Bangku-bangku yang ada di dalam Tanamur empuk dan dibuat dari kulit kambing.
Jadi tak heran diskotek Tanamur sangat berbeda dengan night club atau bar lainnya.
Baca Juga: Tunjukkan Kesetiaan yang Tak Terbatas, Anjing Ini Tak Mau Meninggalkan Pemiliknya Saat Kecelakaan
Semua kalangan bisa dengan bebas masuk ke dalam Tanamur, tanpa pengecualian.
Banyak artis, orang asing hingga anak muda yang bersandal jepit bisa menikmati musik sambil berjoget di dalam.
Saking banyaknya pesaing yang bermunculan, Tanamur pun mengubah konsep meski belum genap satu tahun.
Berbeda dari diskotek lainnya, Tanamur tidak menyediakan hostes dan penari telanjang.
Sayangnya peraturan itu tidak berlangsung lama dan kembali mengubah aturan.
"Di sini orang-orang sudah hostes minded. Selalu para tamu menanjakan hostes, karena itulah kami terpaksa menyediakan djuga. Sekarang di Tanamur ada empat hostes," ucap Fahmy, dimuat Tempo, 27 Maret 1971.
Untuk kapasitasnya sendiri, Tanamur bisa menampung 800 orang namun tiap malamnya bisa didatangi seribuan pengunjung.
Tanamur biasanya ramai sekitar pukul 9 malam.
Baca Juga: Putuskan Pacar dan Berhenti dari Pekerjaan, Wanita Ini Pilih Berpetualang Bersama Anjingnya Naik Van
Tanamur juga merupakan diskotek pertama di Jakarta dan Asia yang tidak mengenakan tiket masuk bagi pengunjung.
Namun lagi-lagi aturan diubah, demi mengikuti perkembangan kala itu.
Majalah Tempo 27 Maret 1971 menulis, cover charge atau tiket masuk Tanamur 600 rupiah.
Lalu naik lagi. Hari biasa Rp1.000 dan Rp1.250 pada malam Sabtu dan malam Minggu.
Baca Juga: Rangkuman Penyelamatan Hewan dalam Kebakaran yang Melanda Australia
Banyak orang tahu Tanamur hanya dari mulut ke mulut, di mana kebanyakan orang yang pernah singgah merasa nyaman berjoget sambil menikmati musik yang disuguhi langsung oleh DJ.
Jadi tak heran jika banyak orang yang ingin berkunjung ke tempat hiburan malam milik Fahmy yang tak lain adalah mantan suami Ratna Sarumpaet.
Sayangnya Tanamur kini hanya kenangan, tak ada lagi diskotek ternama yang sempat berjaya kala itu.(*)