WIKEN.ID-Nama Betrand Peto menjadi sorotan publik.
Bukan karena suara emasnya, namun lantaran kedekatannya dengan Sarwendah.
Bocah yang sudah beranjak remaja itu tak sungkan melakukan kontak fisik dengan ibu sambungnya untuk menunjukkan rasa sayangnya.
Hal ini menjadi sorotan dan netizen beranggapan ini tak baik lantaran Betrand berada di usia puber.
Ditambah lagi pengakuan mengejutkan Sarwendah yang sempat memberi ASI kepada Betrand.
Sebagai ayah dan suami dari Sarwendah, Ruben Onsu menganggap ini hal yang wajar.
Karena ini merupakan kedekatan ibu dan anak.
Namun dilansir dari Nova.id, psikoloh anak dan keluarga, Astrid Wen, angkat bicara mengenai pendapat ini.
Usai menonton video yang viral tersebut, Astrid berpendapat bahwa kita tidak bisa menyalahkan anak asuh Sarwendah.
“Tidak bisa ditentukan apakah intensional (disengaja) atau tidak, tidak bisa di-judge.
Tapi kalau dari ceritanya, dia (Betrand) yang tidak pernah dapat ASI sebelumnya dan lain-lain mengingatkan kita akan pentingnya edukasi seks sejak dini,” tutur Astrid kepada Kompas.com, Rabu (11/12).
Menurut Astrid, salah bila banyak orang mengatakan edukasi seks dilakukan mulai remaja.
“Edukasi seks itu harus diajarkan mulai usia 1,5 menuju 2 tahun. Bukan diajarkan tentang berhubungan seks ya, tapi hal mendasar yaitu gender,” lanjutnya.
Edukasi yang paling pertama diajarkan adalah tentang gender. Apakah anak tersebut laki-laki atau perempuan, bagaimana tubuhnya sama dengan ayahnya atau ibunya.
Lalu bagaimana jika anak sudah remaja seperti Betrand Peto?
“Jika kasusnya anak asuh apalagi yang sudah remaja, perlu dibantu dengan edukasi atau pengajaran.
Supaya tidak terjadi miskomunikasi. Ibu berhak menentukan batasan fisik, dan mengajarkan bahwa 'cara pemberian kasih sayang di keluarga ini berbeda dengan keluargamu sebelumnya',” papar Astrid.
Bagaimana tentang perilaku Sarwendah usai Betrand memegang dadanya?
Astrid menyebutkan bahwa Sarwendah melakukan hal yang benar.
“Kalau saya lihat di videonya, Sarwendah itu refleks menepis (tangan anaknya). Itu merupakan mekanisme pertahanan diri, penanda batasan area personal kita,” tuturnya.
Astrid menilai cara Sarwendah dengan refleks menepis tangan anaknya merupakan hal yang wajar dilakukan.
Jika tidak begitu, lanjut ia, bisa jadi Sarwendah memiliki trauma akan sentuhan fisik atau kejadian yang tidak umum sebelumnya.
“Aku lihat cara Sarwendah menepis masih wajar. Ibu memang sangat berhak disentuh oleh anaknya.
Namun jika sentuhan itu dirasa berlebihan oleh ibu, ibu berhak memberitahu anaknya,” lanjutnya.
Dalam hubungan ibu-anak, sentuhan adalah bukti kasih sayang. Astrid mengatakan dari sisi ibu sendiri, penting untuk mengatakan bahwa ‘mama sayang sama kamu, tapi mama kurang nyaman jika disentuh seperti ini’. Kemudian, menunjukkan cara sentuhan yang nyaman untuk ibu misal dengan menggengam tangan.
Edukasi seperti ini akan berpengaruh terhadap relasi pertemanan dan percintaan si anak di masa mendatang.
“Cara kita memberikan batasan juga akan dicontoh oleh anak, dalam relasi pertemanan atau dengan lawan jenisnya,” tutup Astrid.(*)
Artikel ini pernah tayang di Nova.id dengan judul: Kontak Fisik Betrand Peto pada Sarwendah Tuai Pro Kontra, Psikolog Anak Buka Suara Singgung Pendidikan Seks