Waspada Bila Sering Minum Obat Pereda Nyeri, Efeknya Membuat Wanita Ini Kelebihan Badan dan Meninggal Dunia

Selasa, 12 November 2019 | 19:10
Johns Hopkins Medicine

Ilustrasi

WIKEN.ID - Obat pereda nyeri tergolong obat mudah dibeli secara bebas.

Namun kamu harus bisa mengontrol konsumsi obat ini karena bisa menyebabkan berbagai efek samping berbahaya.

Para ahli menyebutkan, sebenarnya manfaat dan risiko dari obat pereda nyeri hampir sama.

Sebuah penelitian menemukan, para pelari yang minum obat pereda nyeri jenis ibuprofen sebelum lari marathon memiliki risiko gangguan jantung, kram perut, dan komplikasi ginjal lebih besar.

Pada tahun 2016, tercatat lebih dari 59 juta obat antinyeri diresepkan.

Baca Juga: Dinobatkan Jadi Mi Instan Terenak di Dunia, Inilah Sosok di Balik Kelezatan Indomie yang Dijuluki Pahlawan oleh Anak Kos!

Jumlah itu cukup untuk membuat setiap orang di Amerika punya sebotol obat antinyeri dan 2 juta orang kecanduan obat tersebut menurut laporan American Society of Addiction Medicine (ASAM).

Overdosis obat merupakan penyebab utama kematian mendadak dan peresepan obat antinyeri disebutkan laporan tersebut hampir separuh dari itu

Ketika digunakan dengan benar, antinyeri merupakan bagian penting dari pengobatan nyeri.

Namun yang perlu diingat, wanita sangat rentan terkena kecanduan antinyeri.

Baca Juga: Terbukti Ampuh Jadi Obat Penyakit Ginjal Hingga Reumatik Hanya dengan Tanaman Ajaib Ini, Berani Coba?

Begitu penjelasan Erin Goodhart, seorang spesialias adiksi dan direktur women's services di Caron Treatment Centers.

Hormon wanita membuat kaum hawa jadi rentan terhadap efek antinyeri.

Ditambah, wanita cenderung menyalahgunakan obat resep untuk menurunkan berat badan, mengatasi kelelahan, mengatasi nyeri dan mengobati sendiri masalah kesehtan mental.

Begitu menurut statistik terakhir dari National Institutes of Health.

Sekitar 15,8 juta wanita mengakui menyalahgunakan obat tahun lalu dan 4,6 juta mengatakan menyalahgunakan obat resep dokter.

Baca Juga: Banyak Kucing yang Sakit, Tempat Penampungan Hewan ini Akhirnya Ditutup, Mereka Pun Diberi Beragam Pengobatan

Wanita cenderung mudah kecanduan obat antinyeri.

Ada beberapa faktor yang unik pada tubuh dan situasi wanita.

Pertama, wanita merasa nyeri lebih intensif karena memiliki lebih banyak reseptor saraf daripada pria, menurut studi yang dilakukan oleh American Society of Plastic Surgeon.

Kemudian, wanita cenderung membicarakan nyeri itu dengan petugas kesehatan dan lebih proaktif menginginkan manajemen stres, kecemasan dan nyeri.

Dokter pun sering memberi obat terhadap keluhan tersebut.

Baca Juga: Obati Sariawan Bayinya, Seorang Ibu Malah Gunakan Urin dari Popok untuk Dioleskan ke Lidah, Klaim Ampuh dan Buat Dokter Terkejut

Wanita cenderung diberi resep antinyeri dibanding pria, ketika mereka mengalami gejala yang sama.

Masalah lainnya adalah dokter sering lupa bahwa wanita secara biologis tak sama dengan pria.

Kendati ada fakta bahwa wanita lebih kecil dan lebih sensitif terhadap efek pengobatan nyeri, dokter meresepkan obat antinyeri pada wanita dengan dosis lebih tinggi dan periode lebih lama.

Hal ini dilakukan menurut studi yang dilakukan oleh Center for Disease Control.

Menambah masalah tersebut, wanita menjadi tergantung obat antinyeri secara biologis dan psikologis dalam jangka lebih pendek dan dosis lebih kecil daripada pria.

Baca Juga: Tak Mau Bayar Biaya Pengobatan yang Mahal, Pria Ini Tega Melempar Anjingnya yang Sakit ke Lantai untuk Membunuhnya

Pemakaian obat nyeri yang tidak terkontrol pun dialami oleh wanita yang bernama Sunarti, wanita asal Karawang, Jawa Barat.

Ia akhirnya meninggal dunia setelah ia dinyatakan dalam kondisi baik oleh tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan diperbolehkan pulang pada Jumat (1/3/2019).

Ia awalnya dirawat karena obesitas, berat badannya mencapai 148 kg.

Selama dirawat di RSHS Bandung, Sunarti menjalani serangkaian pemeriksaan untuk operasi bariatrik atau bedah lambung.

Baca Juga: Algazali Dilarikan ke Rumah Sakit, Matanya Perih karena Salah Meneteskan Obat yang Ternyata Lem

Bedah lambung ini bertujuan untuk mengurangi volume dan kapasitas jumlah makanan yang dikonsumsi Sunarti.

Ternyata, alasan berat tubuh mendiang wanita 39 tahun ini bisa mencapai lebih dari satu kuintal adalah karena sering mengonsumsi obat pereda nyeri golongan steroid untuk menghilangkan nyeri di sekitar tubuhnya.

Hal ini diketahui dari hasil analisis yang dilakukan oleh tim dokter di RHSH Bandung yang menangani kasus Sunarti.

"Dari hasil analisa kami, dia sudah mengonsumsi obat nyeri tulang itu sekitar enam bulan lalu," tutur Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Hasan Sadikin ( RSHS) Bandung Dody Tavinto yang dikutip dari Kompas.com. (*)

Baca Juga: Pernah Obesitas 192 Kilogram, Arya Permana Akan Jalani Operasi Buang Kulit Gelambir dan Sebut Satu Permintaan, Ini Videonya!

Tribunnews
Tribunnews

Sunarti, wanita asal Karawang, Jawa Barat yang mengalami obesitas ekstrem dengan berat badan mencapai 148 kilogram

Editor : Alfa