WIKEN.ID - Presiden ketiga Republik Indonesia ke-3, BJ Habibie, meninggal dunia saat dirawat di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (11/9/2019).
Selama hidupnya, BJ Habibie dikenang sebagai sosok yang pintar dan jenius.
Setelah lulus dari SMA, BJ Habibie meneruskan pendidikan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954.
Pada tahun 1955–1965, BJ Habibie melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, dan menerima gelar Diplom Ingenieur pada tahun 1960.
Setelah itu BJ Habibir meneruma gelar doktor ingenieur pada tahun 1965 dengan predikat summa cum laude.
Salah satu penemuan yang sampai sekarang dipakai oleh semua pesawat di dunia adalah apa yang disebut - "Crack Progression Theory" atau faktor Habibie.
Sebelumnya pernah menjabat wakil presiden, BJ Habibie juga pernah menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi serta berbagai jabatan strategis lainnya semasa pemerintahan Presiden Soeharto.
Kepintaran dan kejeniusan BJ Habibie diakui dan terlihat sejak kecil.
Dilansir dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, kejeniusan BJ Habibie telah terbentuk sejak kecil.
Baca Juga: Kesederhanan BJ Habibie Saat Rayakan Ulang Tahun Perkawinan, Istrinya Terbaring Lemah di Rumah Sakit
Selain karena faktor kecerdasan gen otaknya, kepintaran BH Habibie karena hasil didikan dan gemblengan ayahnya, Alwi Abdul Djalil Habibie.
Dalam buku biografi BJ Habibie berjudul “Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner” yang ditulis Gina S Noer dan diterbitkan tahun 2015, Rudy, nama kecil BJ Habibie digambarkan sebagai anak yang selalu cerewet, dan ingin tahu segala sesuatu.
Sejak berusia 2-3 tahun, Rudy adalah anak yang selalu ingin tahu dan menanyakan segala sesuatu yang ditemui dan dilihat pada ayahnya.
Apapun dilihat, ingin ia diketahui penyebabnya dan kenapa begini kenapa begitu.
Ayahnya, Alwi Abdul Djalil Habibie, adalah yang pertama ditanya Rudy, nama kecil BJ Habibie.
Ayahnya pun selalu menjawab dengan serius tapi dengan cara yang sesederhana mungkin sehingga Rudy kecil juga mengerti dan paham.
Suatu contoh, suatu waktu saaat berusia 3 tahun, BJ Habibie kecil menanyakan, apa yang dilakukan ayahnya dengan menggabungkan kedua pohon yang berbeda atau tak sejenis.
Ayahnya memang menjabat landbouwconsulent atau setara dengan Kepala Dinas Pertanian di Pare Pare, Sulawesi Selatan.
Ayahnya tidak kesel dengan pertanyaan Rudy tersebut, tapi menjawabnya dengan serius.
Ia tak menjawab dengan jawaban yang sederhana, tetapi menjawabnya dengan serius tapi dengan cara yang sesederhana mungkin sehingga anak kecilpun tahu.
“Papi sedang melakukan eksperimen, jadi kita bisa menemukan jawaban dari percobaan. Nah, ini namanya setek. Batang yang di bawha itu adalah mangga yang ada di tanah kita, tapi rasanya tidak seenak mangga dari Jawa. Jadi, batang Mangga dari jawa, Papi gabungkan dengan batang yang di bawah ini”, kata ayahnya.
Rudy pun puas atas jawaban ayahnya itu.
Itulah yang selalu dilakukan ayahnya setiap kali Rudy bertanya segala sesuatu, dijawab dengan cara sesederhana mungkin agar bisa dipahami anak kecil.
Dengan cara itulah, keingintahuan Rudy terus tumbuh dan terasah sampai dewasa.
Ciri-ciri yang diperlihatkan ini memperlihatkan jika ada anak yang memiliki sebagai anak unggul dalam hal kecerdasan di atas rata-rata.
Ciri-ciri tersebut mudah diidentifikasi sejak dini.
Dikutip dari Business Insider, setidakya inilah 2 dari 10 tanda bahwa anak cerdas dan pintar.
Pertama, tidak Selalu tahu.
Mungkin banyak yang berpikir berpura-pura mengetahui segalanya membuat orang terlihat lebih cerdas.
Sayangnya, anggapan ini tak sepenuhnya benar.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology menemukan, orang yang berani mengkritik dirinya sendiri justru lebih cerdas.
Dengan kata lain, orang cerdas menerima kekurangannya dan menjadikan itu patokan untuk belajar lebih giat.
Temuan tersebut didapatkan oleh para peneliti setelah membandingkan bagaimana prediksi para siswa seusai menjalani sebuah tes.
Siswa yang memiliki nilai lebih rendah cenderung mengira nilainya lebih bagus.
Sebaliknya, siswa bernilai tinggi justru memprediksi nilainya buruk.
Kedua, punya rasa penasaran.
Rasa penasaran adalah jalan masuk pengetahuan dan hal ini ditunjukan oleh BJ Habibie saat masih kecil.
Karena ada rasa penasaran, maka orang ingin selalu ingin tahu terhadap sesuatu.
Hal ini juga ditegaskan oleh penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Individual Differences.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang bernilai IQ lebih tinggi cenderung lebih penasaran dan terbuka terhadap gagasan baru.
Kecerdasan dan rasa ingin tahu memang selalu beriringan.
Orang cerdas cenderung ingin tahu banyak hal mulai dari kehidupan sehari-hari hingga pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang alam semesta. (*)
Baca Juga: Kesederhanan BJ Habibie Saat Rayakan Ulang Tahun Perkawinan, Istrinya Terbaring Lemah di Rumah Sakit