WIKEN.ID-Kesejahteraan kaum perempuan di beberapa negara di dunia memang belum diperhatikan dengan benar.
Seperti dua berita yang sangat mengkhawatirkan yang muncul di India baru-baru ini.
Pertama adalah mengenai kesehatan reproduksi dan yang kedua adalah kurangnya perlindungan bagi wanita kelas pekerja terkait dengan menstruasi.
Dilansir dari national geographic Indonesia, Geeta Pandey dari BBC News melaporkan bahwa banyak wanita yang bekerja di ladang tebu di negara bagian Maharashtra diminta untuk melakukan operasi pengangkatan rahim!
Alasannya adalah untuk menghentikan masa menstruasi mereka sehingga mereka tidak absen lagi saat tamu bulanan datang.
Setiap tahunnya, puluhan ribu keluarga dari distrik Beed, Osmanabad, Sangli, dan Solapur, bermigrasi ke wilayah barat India yang dikenal dengan julukan "sabuk gula".
Ketika sampai di sana, warga miskin ini berada di bawah kekuasaan kontraktor serakah yang menggunakan setiap kesempatan untuk mengeksploitasi mereka.
Pertama, mereka enggan memperkerjakan perempuan karena memotong tebu dianggap pekerjaan yang berat dan membutuhkan tenaga laki-laki.
Tidak hanya itu, kontraktor serakah itu juga tidak ingin rugi kehilangan waktu satu atau dua hari selama menstruasi.
Bahkan ketika tidak hadir karena sakit menstruasi, para pekerja harus membayar penalti.
Pada akhirnya, sekelompok wanita yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan tanpa pendidikan ini pun, terpaksa membuat pilihan yang memiliki dampak jangka panjang dan fatal yang memengaruhi kesehatan dan kehidupan mereka.
Yaitu operasi pengangkatan rahim!
Di salah satu distrik di India Barat itu, tercatat ada 4.605 praktik histerektomi.
Kebanyakan dilakukan pada wanita di bawah 40 tahun.
Namun, pada beberapa kasus, pengangkatan rahim ini juga terjadi pada perempuan berusia 20-an.
Bahkan, ,masih menurut laporan BBC, setengah populasi perempuan di desa Vanjarwadi, sudah melakukan histerektomi.
Baca Juga: Hadiri Pemakaman Ipda Erwin, Mahasiswa yang Ikut Demo Gemetar dan Akui Merasa Terpukul
Desa tersebut pun sering disebut sebagai "desa wanita tanpa rahim".
Selain pengangkatan rahim, laporan dari Reuters juga menunjukkan bahwa banyak perempuan India yang bekerja di industri garmen di Tamik Nadu, sering diberi obat-obatan di tempat kerja ketika mereka mengeluhkan tentang nyeri haid.
Bukannya, diperbolehkan beristirahat ketika sakit menstruasi datang, para wanita pekerja ini justru dicekoki dengan obat tak berlabel.
Perihal menstruasi, di India sendiri memang masih berkaitan dengan mitos dan nilai-nilai adat di negara tersebut.
Tidak hanya di Indonesia, beberapa negara maju juga kesulitasn memahami isu menstruasi.
Studi terbaru dari British Medical Journal yang dilakukan pada 33 ribu perempuan di Belanda, mengungkapkan bahwa mereka rata-rata kehilangan produktivitas selama 8,5 hari akibat nyeri dan gejala menstruasi lainnya.
Meski begitu, hanya 14% wanita yang mengaku mengambil izin dari sekolah atau pekerjaan.
Dan sayangnya, ketika mereka meminta cuti, hanya 21% perusahaan yang memberikan mereka waktu istirahat dengan alasan sakit.
Artikel ini pernah tayang di National Geographic Indonesia dengan judul: Agar Tak Ganggu Pekerjaan Setiap Menstruasi, Wanita India Dipaksa Operasi Angkat Rahim