WIKEN.ID - Beberapa waktu lalu, pemerintah melalui Kementerian Agama memberikan hadiah kepada Suparno (95), pria dalam video ini yang merupakan penjaga Masjid Istiqlal.
Pemberian hadiah berupa rumah itu untuk menghargai dedikasi Suparno yang telah menjaga Istiqlal sejak tahun 1966 lalu.
Bahkan Suparno memiliki banyak pengalaman menarik seperti dalam video ini.
Pria yang kerap disapa Mbah Parno itu mendapat hadiah rumah di Hari Amal Bhakti (HAB) Kementerian Agama ke-73 tahun 2019, Januari 2019 lalu.
Baca Juga: Benda Ini Jadi Bukti Keseriusan Nikita Mirzani dengan Aktor Prancis, di Video Ini: Bule Lebih Endul!
Selaku pria yang mendedikasikan puluhan tahun hidupnya menjaga Masjid Istiqlal, Mbah Parno ternyata punya banyak cerita-cerita kenangan nan menarik.
Mbah Parno misalnya, punya kisah berbicara langsung dengan dua presiden pertama negeri ini, Ir Soekarno dan Soeharto.
Saat Masjid Istiqlal dibangun, Mbah Parno awalnya bekerja sebagai kuli di sana.
Ketika itu, presiden yang berkuasa masih Presiden Soekarno.
Ia ingat sering bersalaman ketika Bapak Proklamator itu berkunjung.
"Pak Soekarno tanya saya asal mana, saya bilang dari Boyolali, dia tanya kok saya ke Jakarta, ya saya bilang untuk menyambung hidup. Dia bilang 'Oh ya sudah kerja yang baik, istirahat kalau
capek, makan kalau lapar'," kenang Mbah Parno.
Perjalanan Mbah Parno kemudian berubah, menjadi pelayan Frederich Silaban, sang arsitek Masjid Istiqlal.
Saat itu, tak hanya melayani Silaban, Mbah Parno juga kerap diminta melayani tamu istimewa, di antaranya Panglima TNI kala itu, Jenderal Soeharto.
Nah, ada kenangan terhadap Soeharto yang begitu dikenang Mbah Parno.
Baca Juga: Tiga Siswanya Temukan Obat Kanker, Guru Pembimbing Justru Khawatirkan Hal Ini, Simak Videonya
Mbah Parno bahkan mengaku pernah mau ditembak.
Ceritanya, saat itu, Mbah Parno menyuguhi pisang ke meja Soeharto.
Namun tak berapa lama, ajudan Soeharto memanggilnya.
"Saya dipanggil, dia pegang pistol, tanya 'Kamu mau ditembak?'," ujar Parno.
Parno saat itu hanya kebingungan lantaran tak tahu apa salahnya.
"Dia marah karena pisangnya rasanya sepat. Waktu beli di Pasar Baru kan saya beli saja pisang yang gede, pisang raja. Rupanya dia tidak suka," kata Parno.
Parno pun meminta maaf.
Namun, ternyata, Soeharto hanya bercanda.
Tak lama, Soeharto menghampiri dirinya untuk minta maaf.
Setelah menjadi kuli dan pelayan, Mbah Parno ditawari tetap bekerja di Istiqlal sebagai pengantar surat.
Seiring bertambahnya usia, pekerjaan Mbah Parno semakin mudah.
Di hari tuanya, ia bekerja sesukanya mengatur saf salat.
Ia bahkan tak perlu absen.
Tak ada dorongan lain yang membuat Mbah Parno betah bekerja puluhan tahun di Istiqlal selain ibadah.
Penghargaan berupa rumah yang diterimanya dari Kemenag pada Jumat (4/1/2019) lalu pun tak pernah diharapkannya.
"Kerja itu yang penting mental kuat. Jangan mencuri, jangan menipu. Selamat keluarga sehat, selamat, hidup cukup, itu sudah sangat bersyukur," kata Mbah Parno.
(*)