WIKEN.ID -Video jelajah Sumba menampilkan Kampung Raja Prailiu yang berada di dekat ibu kota Sumba Timur, Waingapu.
Menurut Jacqueline Vel and Stepanus Makambombu dalam Access in Land Disputes Arising in the Context of the Commercialization of Agriculture in Sumba (Nusa Tenggara Timur), kampung ini merupakan kawasan perumahan inti dari mantan raja dari domain tradisional dan sub-distrik (kolonial) swapraja Prailiu.
Dilansir dari laman resmi Pemerintah NTT, Kampung Raja Prailiu adalah sebuah ibukota Kerajaan Lewa Kambera.
Kerajaan Lewa Kambera sendiri menurut Frederiek Djara Wellem merupakan bagian dari Onderafdeeling atau sub bagian Sumba Tengah bersama Tabundung, Kanatang, Napu dan Kapunduk
Berada dekat dengan ibu kota tak menjadikan adat di kampung ini tergerus, kampung ini justru bertahan dengan ketradisionalannya.
Karena nuansa tradisional dan keeksotisannya, kampung adat ini sering dikunjungi wisatawan.
Tak hanya wisatawan, kampung ini juga kerap dikunjungi ilmuwan yang melakukan penelitian.
Penduduk lokal sangat terbuka dan ramah kepada orang luar yang berkunjung ke kampungnya.
Setidaknya terdapat 3 hal unik yang bisa ditemukan di Kampung Raja Prailiu
1. Rumah Tradisional dengan Atap Tinggi
Rumah tradisional yang berada di Kampung Raja Prailiu ini disebut dengan Uma Mbatang atau Uma Hori.
Rumah ini memiliki ciri khas atap tinggi dengan bahan dari daun.
Menurut Karyawati Karirihara, warga Kampung Raja Prailiu, bagian atap rumah tersebut tidak berisi apa-apa.
"Kosong saja. Kecuali rumah yang dipakai untuk untuk ritual, di atapnya ada loteng untuk simpan persembahan," ujarnya.
Rumah tradisional tersebut memiliki tiga bagian.
Setiap bagian rumah mewakili kosmologi setempat, bawah tanah sebagai rumah orang mati, bagian tengah rumah untuk hidup dan atap sebagai rumah para Dewa.
2. Kubur Batu
Selain rumah tradisional, kubur batu merupakan peninggalan yang jadi daya tarik kampung adat ini.
Kubur batu megalitik ini disebut Reti dan biasanya dibiasi dengan patung-patung serta sejumlah benda purbakala.
Biasanya patung yang menghiasi kubur batu berupa patung hewan seperti ayam, kura-kura, dan buaya.
Selain itu, ada juga patung manusia atau pahlawan daerah setempat.
3. Kain Tenun
Hampir di setiap rumah tradisional terpampang kain tenun dengan motif dan warna khas Sumba.
Warga Kampung Raja Prailiu terampil dalam hal menenun.
"Dari umur 12 tahun sudah belajar menenun," ujar Karyawati Karirihara.
Menurutnya, keterampilan menenun tersebut sudah dilestarikan secara turun temurun.
Setiap anak yang sudah menginjak 12 tahun biasanya sudah belajar menenun bahkan tanpa dipaksa atau diminta orangtuanya.
Kain tenun yang dihasilkan sendiri memiliki warna alami yang berasal dari akar pohon maupun warna buah.
Sementara itu, motif kain biasanya menampilkan simbol tumbuhan, hewan, dan manusia.
Lihat videonya di bawah ini: