WIKEN.ID -Video sampah plastik yang menggunung di Malaysia menjadi perhatian dunia.
Malaysia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang terkena dampak awal kebijakan larangan sampah impor plastik ke China.
Sejak awal 2018, China telah menghentikan penerimaan semua sampah serta daur ulang plastik dari seluruh dunia.
Kebijakan itu untuk melindungi lingkungan dan kualitas udara negara tersebut.
Baca Juga: Video Viral Pria Ganteng Jualan Durian Sambil Pamer Sixpack Dikelilingi Ibu-ibu, Ternyata Ini Pekerjaan AslinyaNamun, kebijakan ini akan memicu negara-negara maju berjuang menemukan tempar pengiriman limbah mereka.
"Itu seperti gempa bumi," kata Direktur Jenderal Biro Daur Ulang Internasional Arnaud Brunet kepada AFP.
"China pasar terbesar untuk daur ulang. Negara itu menciptakan kejutan besar di pasar global."Akhirnya, daur ulang plastik dialihkan dalam jumlah besar ke Asia Tenggara.
Baca Juga: Video Detik-detik Panggung Audisi Pertunjukan Tari Runtuh, Seorang Remaja TewasSelama bertahun-tahun, China menerima sebagian besar plastik bekas dari seluruh dunia.
Negara itu mengolah menjadi bahan berkualitas lebih tinggi yang dapat digunakan produsen.Di China daratan, impor limbah plastik telah turun dari 600 ribu ton per bulan pada 2016 menjadi sekitar 30 ribu per bulan pada 2018.
Menurut data yang dikutip dari Greenpeace dan LSM lingkungan Global Alliance for Incinerator Alternatives.
Baca Juga: Punya 9 Orang Keluarga, Video Caleg Menangis Karena Hanya Mendapat 5 Suara Ini Viral
Pada kunjungan ke Xingtan tahun lalu, Chen Liwen, pendiri LSM lingkungan China Zero Waste Alliance, menemukan, industri daur ulang yang pernah berkembang pesat telah menghilang."Pendaur ulang plastik telah hilang. Ada tanda 'untuk disewakan' terpampang di pintu pabrik dan bahkan tanda rekrutmen yang menyerukan pendaur ulang berpengalaman untuk pindah ke Vietnam," katanya kepada AFP.Dengan hanya sekitar sembilan persen plastik yang pernah didaur ulang, para pegiat mengatakan, satu-satunya solusi jangka panjang untuk krisis limbah plastik adalah perusahaan memproduksi lebih sedikit dan konsumen menggunakan lebih sedikit.Juru Kampanye Greenpeace Kate Lin mengatakan,"Satu-satunya solusi untuk polusi plastik adalah memproduksi lebih sedikit plastik."
Baca Juga: Viral Video Insiden Penikaman Massal di Jepang, Pelaku Ikut Bunuh DiriDi sisi lain, dengan minoritas berbahasa China yang besar, Malaysia pilihan utama bagi pendaur ulang China yang ingin pindah.
Data resmi menunjukkan, impor plastik naik tiga kali lipat sejak 2016 menjadi 870 ribu ton tahun lalu.
Di kota kecil Jenjarom, tidak jauh dari Kuala Lumpur, pabrik pemrosesan plastik tiba-tiba muncul dalam jumlah besar.
Pabrik itu mengeluarkan asap berbahaya siang dan malam.
Baca Juga: Viral Video Anjing Liar Pura-pura Mati Agar Bebas dari Terkaman Singa Gundukan besar sampah plastik, dibuang di tempat terbuka, menumpuk ketika pendaur ulang berjuang untuk mengatasi masuknya kemasan dari barang sehari-hari, seperti deterjen makanan dan binatu, dari Jerman, Amerika Serikat, dan Brasil.
Penduduk merasakan bau menyengat di kota. Bau biasa terjadi pada pemrosesan plastik.
Namun, juru kampanye lingkungan percaya, beberapa asap juga berasal dari pembakaran sampah plastik yang terlalu rendah kualitasnya untuk didaur ulang.
"Orang-orang diserang asap beracun, membangunkan mereka di malam hari. Banyak yang batuk," kata penduduk setempat, Pua Lay Peng, kepada AFP.
Baca Juga: Video Pedagang Kaki Lima Curang, Dua Porsi Makanan dan Minuman Dihargai Hampir Satu Juta!
"Saya tidak bisa tidur, saya tidak bisa istirahat, saya selalu merasa lelah," ujar pria 47 tahun itu.
(*)