Cuma Bermodal Jiwa Sosial yang Tinggi, Kuli Salak Ini Lolos Jadi Anggota DPRD dengan 2000 Suara Lebih

Selasa, 30 April 2019 | 14:30

WIKEN.ID - Wachyu Hidayat yang sebelumnya sebagai kuli (pekerja kasar) di lapak penjualan salak ini mengaku awalnya pesimistis akan lolos sebagai wakil rakyat.

Caleg PDI-P ini akhirnya mendapatkan kursi ke-8 dari 10 kursi di dapilnya dengan meraih lebih dari 2.000 suara.

"Setelah coblosan, tanggal 18 April saya sudah pamit ke istri, kalau tidak jadi jangan kecewa. Saya pasti utangnya banyak, saya harus merantau ke Jakarta untuk membayar utang, penghasilan saya tidak mungkin cukup untuk membayar utang," tutur Dayat.

Saat itu Dayat dan tim relawannya menghitung hanya mampu mengumpulkan 900 suara by name. Bahkan di tempat pemungutan suara (TPS) dekat rumahnya, ia hanya mampu mendapatkan 30 suara.

"Teman-teman sudah lemas semua, kemudian saya dipanggil DPC (PDI-P) suruh datang ke kantor, katanya suara sudah banyak yang masuk, waktu itu sekitar 2000-an.

Baca Juga : Terkena Penggusuran, 700 Kura-kura di Singapura Berjuang untuk Adaptasi di Rumah Baru

Baca Juga : Reino Barack Selalu Pamer Kemesraan Usai Resmi Menikah, Syahrini: Iya Dong Nikahpun Diduitin!

Ketika saya ngabari teman-teman bahwa saya jadi, langsung pada nangis semua," kata Dayat.

Dayat mengaku selama masa kampanye, banyak dukungan dari teman dan saudara-saudaranya.

Mulai dari teman sekolah, teman kerja di lapak salak dan para tetangga di tempat kelahirannya, Desa Pakelen, Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara.

"Kalau mau ada pertemuan dengan warga, teman-teman saya yang bingung nyari uang untuk medang (hidangan untuk warga.

Kalau rokok kebetulan ada saudara dari teman yang punya toko cukup besar, saya ngambil rokok di situ," ujar Dayat.

Dayat mengaku sampai saat ini belum mengetahui berapa total uang yang dikeluarkan selama proses pencalegan.

Karena uang hasil patungan dikelola oleh teman-temannya.

"Saya nggak pegang uang, teman-teman yang nyari uang, malah saya yang minta uang untuk sekolah anak.

Untuk pemasangan alat peraga kampanye (APK) saja kerja bakti, nggak ada yang mau dibayar, bambu yang untuk memasang juga pemberian dari orang," kata Dayat.

Meski hampir dipastikan menjadi anggota dewan, Dayat mengaku tidak akan bisa lepas dari dunia persalakan.

Seperti diketahui Banjarnegara merupakan sentra penghasil salak yang dikirim ke berbagai kota di Indonesia.

Baca Juga : Ditemukan Beku dan Penuh Salju, Kucing Ini Akhirnya Pulih Secara Ajaib

Baca Juga : Ibu Gen Halilintar Berulang Tahun, Adik Atta Halilintar Hadiahi Sang Umi Emas Batangan Berbentuk Kue Seharga Puluhan Juta!

"Orang tahunya saya kerja di kantor, saya kalau siang ngurus kantor (DPC PDI-P), kalau malam ya di lapak, nyortir salak," ujar Dayat.

Sebelum menjadi kuli, sekitar tahun 2002 ia lama bekerja sebagai sopir truk sawit di Sumatera.

Selepas pulang dari Sumatera tahun 2011, ia bekerja serabutan, seperti kuli bangunan dan sopir mobil rental.

Kemudian sejak 2012 beralih menjadi kuli salak.

"Setelah dilantik nanti saya ingin mendampingi para kelompok petani salak agar kualitasnya sesuai standar.

Selama ini harga salak sering naik turun. Jadi dewan kan nggak selalu di kantor, sesekali saya bisa datang ke lapak," kata Dayat.

Rekan Dayat, Marno, mengatakan Dayat merupakan sosok pekerja keras dan tidak kenal lelah. Ia berharap Dayat dapat mengemban amanat yang diberikan masyarakat.

"Harapannya selalu ingat dengan orang-orang kecil, termasuk teman-teman kerja di sini (lapak salak)," kata Marno.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kisah Kuli Salak Lolos Jadi Anggota DPRD, Dari Utang Rokok di Warung hingga Kuli Bangunan

Tag :

Editor : Pipit