WIKEN.ID -Pemungutan suara untuk Pemilihan Umum atau Pemilu 2019 di luar negeri dilakukan lebih awal dibandingkan di Tanah Air.
Pemilu di luar negeri diadakan sejak 8 April hingga 14 April.
Sayangnya, tidak semua pemungutan suara di luar negeri berjalan dengan baik.
Di Australia misalnya, pemilu secara serempak dilaksanakan pada Sabtu, (13/4), namun ratusan WNI harus merasakan kekecawan.
Hal ini tidak lain karena mereka dipaksa berstatus golput lantaran tidak adanya kesempatan untuk mencoblos.
Kekecewaan WNI yang berada di Australia ini ditumpahkan di sosial media.
Baca Juga : El Rumi Pamer Jari Bertinta Ungu, Inilah Video Suasana Tempatnya Mencoblos di London
Banyak WNI yang mengeluh perihal pelaksaan pemily di Sydney misalnya lewat grup Facebook The Rock.
Dalam grup Facebook ini, anggotanya terdiri dari WNI yang tinggal di Australia.
Saat ini lebih dari 25.000 orang sudah menandatangani petisi online untuk mendesak pemilu ulang di Sydney.
Dalam petisi disebutkan bahwaKomunitas masyarat Indonesia di Sydney Australia menginginkan Pemilu Pilpres ulang.
Ratusan WNI yang memiliki hak pilih tidak dizinkan memenuhi haknya padahal sudah ada antrian panjang di depan TPS Townhall.
"Proses yang panjang dan ketidakmampuan PPLN Sydney sebagai penyelenggara menyebabkan antrian tidak bisa berakhir sampai jam 6 sore waktu setempat. Sehingga ratusan orang yg sudah mengantri sekitar 2 jam tidak dapat melakukan hak dan kewajibannya untuk memilih karena PPLN dengan sengaja menutup TPS tepat jam 6 sore tanpa menghiraukan ratusan pemilih yg mengantri di luar," tulis The Rock dalam keterangan petisi.
"Untuk itulah komunitas masyarakat Indonesia menuntut pemilu ulang 2019 di Sydney Australia. Besar harapan kami KPU, Bawaslu dan Presiden Joko Widodo bisa mendengar, menyelidiki dan menyetujui tuntutan kami. Sekian dan terimakasih," lanjut The Rock.
Sementara itu, Heranudin selaku Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) mengaku, pihaknya tidak mengantisipasi massa akan membludak.
Baca Juga : Setia Seperti Hachiko, Anjing Ini Sabar Menunggu 12 Jam Setiap Hari di Stasiun Sampai Pemiliknya Pulang
"Kami sudah melaporkan soal ratusan WNI yang tidak bisa mencoblos ke KPU. Apakah akan dilkukan pemilu tambahan atau tidak kami tunggu keputusan KPU pusat," ujar Heranudin dilansir Kompas.com.
Dia memperkirakan, lebih dari 400 WNI tidak dapat melakukan pencoblosan karena waktu yang tidak memungkinkan.
PPLN Sydney tidak sanggup menampung lonjakan massa sehingga antrian membeludak.
"Panitia kewalahan karena satu TPS hanya ada tujuh orang petugas. Antrean di luar ekspektasi kami," ujar Heranudin kepada Kompas.com, Minggu (14/4/2019).
Heranudin menambahkan, pihaknya tidak bisa melanjutkan proses pemilu setelah pukul 18.00 Waktu Sydney karena menyewa ruangan di Town Hall hingga pukul 20.00.
Dia juga mengklaim bahwa meski kemarin ratusan WNI tertahan di luar gedung Town Hall, keputusan untuk menutup proses pemungutan suara dilakukan lewat musyawarah mufakat antara PPLN, Panwaslu, perwakilan Mabes Polri, saksi dari masing-masing paslon dan saksi parpol.
Sementara, artis Acha Septriasa yang kini tinggal di Sydney mengaku beruntung TPS tempatnya mencoblos melayani dengan baik.
Acha dan suami beruntung bisa menggunakan hak pilihnya meski cukup lama untuk mengantre.
Ia beserta suami mengunggah foto yang menunjukkan jari kelingking sudah dilumuri tinta.
Baca Juga : Sambil Menangis, Wanita Ini Mengadu Pada Hotman Paris Tentang Oknum Jaksa Nakal yang Menipunya
"Saya berterimakasih kpd Panitia TPS tempat saya mencoblos di Marrrickvile Sydney TPS 10, 11, 12 melayani dengan baik"
"Jujur Adil tanpa pandang siapapun"
"Ramah dan menyenangkan!"
"Mereka terbuka dgn musyawarah menggunakan 1 1/2 kardus surat suara yang Tak TERPAKAI"
"Banyak Daftar Pemilih Tetap yang ternyata datang nya 1 jam sblm berakhir pencoblosan," jelasnya dalam unggahan di Instagram @septriasaacha.
Acha pun sempat mengunggah foto berkaitan dengan ratusan orang yang gagal mencoblos.
Ia mengunggah foto serta video yang diambil oleh Trudy Hasta Taftiana.
"...sebagai visitors, pendatang sementara, students, Permanent Resident baru, atau pun temporary resident , mereka BELUM menggunakan HAK PILIH nya. Dikarenakan Pintu di tutup jam 18.00 tepat,Menurut Informasi yang saya dapat, banyak dari mereka yang seharusnya sudah menjadi DPT tapi mungkin ketika di search di website KJRI resmi nama nya jadi Tidak bisa di temukan. Akhirnya mereka banyak yang pindah TPS," tulis Acha dalam Instagramnya.
Berikut video suasana pemilu di Sydney, Australia: